Jumat, 02 Maret 2012

Islam atau demokrasi, Pilih?



Telah banyak perdebatan di dunia maya yang terkadang membuat perselisihan yang cukup alot, padahal jika kita ikhlas mencari ilmu dan kebenaran, InsyaAllah pasti akan ditemukan. Sebenarnya sudah banyak yang membahas hal ini baik lisan maupun tulisan, ada yang pro namun ada juga yang kontra. Padahal sudah jelas demokrasi bukanlah dari Islam, kalolah kita ikhlas mencari dan meneliti, maka tidak perlu jauh-jauh dari asal kata saja "demokrasi" bukanlah dari Islam, dan apabila kita samakan dengan “musyawarah” atau syuro, ya kenapa tidak kita ganti aja namanya menjadi sistem syuro, jadi gak perlu sistem demokrasi. Gampang kan? Toh apalah arti sebuah nama kata para pujangga, tapi anehnya banyak yang kekeh dan gak mau ganti dengan nama tersebut. Mungkin saja alasannya takut dikatakan islam garis keras, padahal sekali lagi kalolah kita ikhlas, serta yakin bahwa islam untuk disebarkan mau tidak mau harus tetap disampaikan, jadi gak perlu istilah-istilah khayalan seperti itu, bahkan yunani sendiri yang menemukan sistem tersebut, saat ini tidak mampu menyelesaikan masalah hutang negaranya yang begitu besar.

Kalolah kita melihat definisi “syuro” menurut bahasa maka memiliki dua pengertian, yaitu menampakkan dan memaparkan sesuatu atau mengambil sesuatu. Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan definisi syura, diantara mereka adalah Ar Raghib al-Ashfahani yang mendefinisikan syura sebagai proses mengemukakan pendapat dengan saling merevisi antara peserta syura, serta pakar fikih kontemporer diantaranya juga mengatakan syuro adalah proses menelusuri pendapat para ahli dalam suatu permasalahan untuk mencapai solusi yang mendekati kebenaran. Sehingga dari berbagai definisi yang disampaikan di atas, kita dapat mendefinisikan syura sebagai proses memaparkan berbagai pendapat yang beraneka ragam dan disertai sisi argumentatif dalam suatu perkara atau permasalahan, diuji oleh para ahli yang cerdas dan berakal, agar dapat mencetuskan solusi yang tepat dan terbaik untuk diamalkan sehingga tujuan yang diharapkan dapat terealisasikan.

Islam telah menuntunkan umatnya untuk bermusyawarah baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun bernegara. Rasullullah pun sangat memperhatikan dan senantiasa bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam berbagai urusan terutama urusan yang terkait dengan kepentingan orang banyak. Beliau pernah bermusyawarah dengan para sahabat pada waktu perang Badar mengenai keberangkatan menghadang pasukan kafir Quraisy. Selain itu, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bermusyawarah untuk menentukan lokasi berkemah dan beliau menerima pendapat al-Mundzir bin ‘Amr yang menyarankan untuk berkemah di hadapan lawan. Demikianlan, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bermusyawarah dengan para sahabatnya baik dalam masalah perang maupun yang lain. ‘Ali radhiallahu ‘anhu juga pernah menerangkan manfaat dari syura. Beliau berkata, “Ada tujuh keutamaan syura, yaitu memperoleh solusi yang tepat, mendapatkan ide yang brilian, terhindar dari kesalahan, terjaga dari celaan, selamat dari kekecewaan, mempersatukan banyak hati, serta mengikuti atsar (dalil) [Al Aqd al-Farid hlm. 43].

So apakah syuro yang dilakukan DPR itu sudah memperoleh solusi yang tepat, selamat dari kekecewaan serta mempersatukan banyak hati? Kayaknya sangat jauh, bahkan terbukti sistem ini sangatlah mahal, terbukti kebijakan-kebijakan yang diambil DPR sangat tidak mementingkan kepentingan umat melainkan kepentingan pribadi dan partai, coba saja baca artikel-artikel berkaitan dengan biaya anggaran untuk ini-itu anggota dewan. 

Sehingga kalolah kita membandingkan antara syuro dan demokrasi itu tidak tepat. Karena mengingat bahwa syuro berarti meminta pendapat yang merupakan mekanisme pengambilan pendapat di dalam Islam dan merupakan bagian dari sistem pemerintahan Islam. Sedangkan demokrasi sendiri merupakan suatu pandangan hidup dan kumpulan ketentuan untuk seluruh konstitusi, undang-undang, dan sistem pemerintahan, jadi bukan sekedar proses pengambilan pendapat. Oleh karena itu lebih tepatnya kita harus membandingkan antara sistem pemerintahan islam dengan sistem demokrasi tersebut bukan dengan syuro atau yang lebih kita kenal dengan namaya "musyawarah".

Begitu banyak perbedaan antara sistem pemerintahan islam yang salah satu landasannya adalah syuro dengan demokrasi itu sendiri. Dalam demokrasi, pengertian “rakyat” seperti yang telah kita pelajari pada pelajaran sosiologi menjadi “sekumpulan manusia yang yang menempati suatu wilayah tertentu, dimana setiap individu di dalamnya berkumpul dikarenakan kesadaran untuk hidup bersama, dan diantara faktor yang membantu terbentuknya umat adalah adanya kesatuan ras dan bahasa. Terbentuknya umat atau masyarakat karena adanya ras dan bahasa ini berbeda dengan Islam, bahwa adanya penyatuan umat karena berlandaskan aqidah. Kalolah malaysia, turki, arab saudi, palestina yang memiliki beda-beda bahasa toh tidak akan bersatu kalo merujuk dari ras dan bahasa. Umat islam tidak akan bersatu, padahal agama kita satu, pedoman kita sama, rasul kita sama. Oleh karena itu dalam sistem Islam, definisi umat sangatlah berbeda dengan apa yang disebutkan sebelumnya, Islam tidaklah terbatas pada faktor kesatuan wilayah, ras, dan bahasa. Namun, umat dalam Islam memiliki definisi yang lebih luas karena akidah islamiyah-lah yang menjadi tali pengikat antara setiap individu muslim tanpa membeda-bedakan wilayah, ras, dan bahasa. Dengan demikian, meski kaum muslimin memiliki beraneka ragam dalam hal ras, bahasa, dan wilayah, mereka semua adalah satu umat, satu kesatuan dalam pandangan Islam. 

Jadi ketakutan kita tentang hilangnya ras dan bahasa jika nantinya islam kembali bersatu dari 54 negara adalah jelas salah, karena yang menyatukan kita adalah aqidah yang sama yaitu Islam, satu pandangan, satu ideologi, biarpun berpulau-pulau, kalau aqidah sama, tetap saudara kita, pedoman kita tetap sama. Terkadang kitalah yang egois serta takut akan kembali tegaknya kepemimpinan Islam, padahal jelas-jelas Islam sudah membuktikan kesejahteraannya selama 14 abad, sampai runtuhnya kekhilafahan ustmaniyah. Bahkan perkembangan eropa tidak terlepas dari peradaban Islam, ilmuwan-ilmuwan Islam, karena kuatnya Islam benar-benar di jaga oleh sistem pemerintahan, sehingga setiap orang merasa aman, mencari ilmu, berijtihad, dan sebagainya, terbukti 2/3 dunia bersatu sehingga bukannya seperti saat ini yang sudah terkotak-kotak. Sudah banyak tulisan dan buku yang membahas tentang ini, sehingga kita harus terbuka dan ikhlas dalam mempelajari.

Apalagi pancasila yang sangat jelas bukan dari Islam, namun lahir dari pemikiran sekuler dari founding fathers negeri ini, padahal piagam jakarta sendiri sudah menjadikan syariat Islam sebagai pedoman hidup merupakan permintaan dari setiap daerah, karena tujuannya hanya satu yaitu menghidupkan kembali kehidupan islam setelah kehilafahan ustmaniyah runtuh. Padahal awal-awalnya semua pendiri organisasi Islam, NU, Muhammadiyah, Masyumi, dan banyak  lagi lainnya tersebut jelas menginginkan kehidupan Islam, tapi sekarang penerusnya lupa, termasuk kita juga mungkin. So kalolah Islam mau diterapkan, yaudah, gak perlu istilah-istilah kayak gitu lagi, kan kita islam, kenapa harus malu menunjukkan identititas kalo kita adalah muslim, langsung aja jelas gitu, negara kita mengikuti hukum Al-Qur’an dan sunnah, beres kan, gampang gak perlu susah ribet ini itu. Kalo pertanyaannya banyak yang bukan muslim, justru kalo islam diterapkan toleransi menjadi sangat penting, bahkan nyawa mereka terjamin. Perkara korupsi sebentar saja selesai, gak perlu ada komisi ini itu yang jelas semua pake komisi. So dengan sistem islam, semua aspek akan jalan, perkara jinayah dan sebagainya akan berjalan. Pada demokrasi jelas-jelas hukum potong tangan dan sebagainya tersebut tidak boleh diterapkan karena bertentangan dengan HAM, padahal perkara tersebut juga mudah kalo dijelaskan, bahkan terbukti sudah 14 abad aturan tersebut diterapkan banyak pengamat non muslim yang menuliskan bahwa tidak ada pencurian dalam kehidupan Islam, dan sangaaaaat kecil bayangkan waktunya 14 abad lho. hehe

Sistem demokrasi hanya berusaha untuk merealisasikan berbagai tujuan yang bersifat materil demi mengangkat martabat bangsa dari segi ekonomi, politik, dan militer semata. Sistem ini tidaklah memperhatikan aspek ruhiyah. Berbeda tentunya dengan sistem Islam, yang tetap memperhatikan faktor-faktor tersebut tanpa mengenyampingkan aspek ruhiyah diniyah, yang menjadi dasar dan tujuan dalam sistem Islam. Dalam sistem Islam, aspek ruhiyah menjadi prioritas tujuan dan kemaslahatan manusia yang terkait dengan dunia mereka ikut beriringan di belakangnya.

Di dalam sistem demokrasi, rakyat memegang kendali penuh. Suatu undang-undang disusun dan diubah berdasarkan opini atau pandangan masyarakat. Setiap peraturan yang ditolak oleh masyarakat, maka dapat dimentahkan, demikian pula peraturan baru yang sesuai dengan keinginan dan tujuan masyarakat dapat disusun dan diterapkan. Berbeda halnya dengan sistem Islam, seluruh kendali berpatokan pada hukum Allah suhanahu wa ta’ala. Masyarakat tidaklah diperkenankan menetapkan suatu peraturan apapun kecuali peraturan tersebut sesuai dengan hukum Islam yang telah diterangkan-Nya dalam al-Quran dan lisan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga jelas ini harus diberitahukan kepada masyarakat, bukannya masuk sistem kemudian merubahnya. Toh sudah banyak partai politik yang mengatakan memperjuangkan islam, toh tetap aja kalah suaranya. Padahal rata-rata dari mereka adalah muslim.

Nah syuro sendiri diperlukan pada permasalahan yang tidak terdapat nash (dalil tegas) atau juga memiliki nash, namun indikasi yang ditunjukkan mengandung beberapa pemahaman. Sehingga jika permasalahan tersebut telah memiliki nash yang jelas dan indikasi hukum yang jelas, maka syuro tidak diperlukan lagi. syuro dibutuhkan untuk menentukan mekanisme pelaksanaan atau jalannya syari’at. Berbeda dengan demokrasi, kewenangan parlemen bersifat mutlak. Misalkan ada sepuluh orang yang menentukan disahkannya lokalisasi, perdangan miras dsb. Nah kalo ada 7 orang saja yang setuju, maka keputusan itu menjadi sah dan mutlak. Walaupun didalamnya adalah orang muslim, maka aturan tersebut tetap dijalankan. Bahwa demokrasi menganggap bahwa rakyatlah yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu negara berdasar hukum mayoritas. Nah seperti inilah sistem yang diterapkannya di Indonesia.

Sedangkan syuro dimana rakyat tunduk dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian para pemimpin kaum muslimin. Sehingga  syuro tidak selamanya harus diterima, karena harus sesuai dengan Al-qur’an dan sunnah, serta keputusan tersebut diambil oleh amirul mukminin. Walaupun suara yang memilih adalah minoritas. Syuro bertujuan untuk menghasilkan solusi yang selaras dengan al-haq, walaupun bertentangan dengan suara mayoritas, sedangkan demokrasi justru sebaliknya lebih mementingkan suara mayoritas meski hal itu menyelisihi kebenaran.

Jelas bahwa demokrasi adalah buatan akal manusia, bukan berasal dari Allah SWT. Kita harus bedakan antara syuro dan demokrasi.  Demokrasi lahir dari pemisahan agama dari kehidupan, yang selanjutnya melahirkan pemisahan agama dari negara. Demokrasi berlandaskan dua ide yaitu kedaulatan di tangan rakyat, dan rakyat sebagai sumber kekuasaan. Demokrasi adalah sistem pemerintahan mayoritas. Demokrasi menyatakan kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan kepemilikan sehingga yang nantinya inilah cikal bakal lahirnya kapitalisme, dan kebebasan bertingkah laku. sedangkan Islam boleh saja bebas tapi tetap terikat oleh hukum Allah SWT. Di demokrasi sah-sah saja menghina agama seseorang, karena itu memang dijaga dan diatur, sah-sah saja melakukan, ya gak usah dipanjang lagi deh, pasti bisa temukan sendiri contoh lainnya, bahkan banyak yang lebih vulgar. Hehe.

Dan kalo kita benar-benar mencermati, bahwa pada setiap pencalonan baik anggota dewan, bupati, gubernur, presiden semua membutuhkan biaya yang cukup besar, banyak kasus yang stress gara-gara tidak menang, karena begitu banyaknya uang yang dikeluarkan untuk kampanye tersebut. Jadi tidak heran, kalolah dalam jangka waktu 5 tahun mereka hanya menerima gaji anggota dewan, pastilah semua uang yang telah dikeluarkan tidaklah kembali. Sehingga terbukti bahwa kebijakan suara mayoritas tersebut tidak memihak kepada rakyat itu sendiri. Sudah banyak anggaran yang dikeluarkan ini itu yang tidak masuk akal biayanya sebesar itu, padahal semua itu sangat diharapkan untuk kesejahteraan umat saat ini. Kalolah mau gaji mereka dipotong kemudian untuk dijadikan subsidi bagi rakyat miskin, boleh tuh, tapi kayaknya gak deh. Hehehe


Kesimpulannya bahwa sistem Islam berbeda dengan sistem demokrasi, yang mengatakan bahwa syuro itu adalah demokrasi. Meskipun ada persamaan antara syura dan demokrasi sebagaimana yang dinyatakan oleh sebagian kalangan. Namun, terdapat perbedaan yang sangat substansial antara keduanya, mengingat bahwa memang syura adalah sebuah metode yang berasal dari Rabb al-basyar (Rabb manusia), yaitu Allah, sedangkan demokrasi merupakan buah pemikiran dari manusia yang lemah yang tentunya tidak lepas dari kekurangan.

Begitulah indahnya Islam, bahkan orang-orang dulu sangat bangga dengan Islam, karena muslim terkenal pintar-pintar dan cerdas. So memang kita harus menunjukkan jati diri kita yang jelas, gak perlu takut, gak perlu cemas, kalolah dianggap nanti gak punya teman, dikatakan garis keras, asing dan sebagainya, nah kita mesti ingat, menjadi sedikit itu istimewa, bukankah Islam hadir dalam keadaan asing dan diakhir zaman juga akan asing, ya wajar gak apa-apa, karena rasulullullah sendiri yang sudah mengatakan demikian. Lagi-lagi hidup adalah pilihan, so kalo kita memilih seperti ini, pasti ada yang tidak menerima, tapi bukan sedikit yang mengharapkannya. So orang-orang spesial dan benar itu memang sedikit jumlahnya. Jadi kembali lagi hidup adalah pilihan, setiap pilihan itu ada resiko, yang penting dakwah itu bukan dengan kekerasan, karena sesuatu yang uda bengkok kalo dipaksakan nanti akan patah, sehingga yang harus dilakukan adalah memberitahu mulai dari bawah, memahamkan masyarakat, mencerdaskan masyarakat, bahwa iniloh solusinya, iniloh caranya, sehingga nanti masyarakat sendiri segera diterapkannya. Saat ini warga kota jakarta sendiri mengatakan 75% menginginkan tegaknya negara Islam (sumber dari republika). Jadi kalo kita sendiri muslim, namun masih enggan dan tidak mau menerapkan aturan-aturan Islam, ya perlu dipertanyakan.


So teman-teman, Islam sangat menghargai perbedaan, namun sangat menjunjung kesamaan, karena memang begitu indahnya Islam yang bukan sekedar agama ritual, namun memiliki seluruh konsep aspek kehidupan, yang jelas aqidah kita satu, pedoman kita pun sama, oleh karena itu dakwah ini wajib, untuk menyampaikan, memberitahukan walau hanya satu ayat. Yang tidak boleh adalah tidak berdakwah. Yang jelas percaya atau tidak percaya, berjuang atau tidak berjuang, yang pasti yakinlah bahwa Allah akan memenangkan agama ini dan semua umat muslim insyaAllah nantinya akan kembali bersatu dalam satu bendera yang seperti rasul katakan. Serta yakinlah bahwa bendera tersebut juga akan berkibar gagah oleh lembutnya angin di negeri Roma, so terima kasih teman-teman membaca tulisan ini, semoga Allah terus bersama kita dan membimbing kita di Jalan-Nya. Mohon maaf jika ada kesalahan kata, karena inilah kelemahan saya akan ketidak mampuan untuk berdebat dan dakwah secara langsung, sehingga saya Cuma bisa lewat menulis. So sekali lagi mohon maaf dan terima kasih ya.

Tidak ada komentar: