Telah banyak perdebatan di dunia
maya yang terkadang membuat perselisihan yang cukup alot, padahal jika
kita ikhlas mencari ilmu dan kebenaran, InsyaAllah pasti akan ditemukan. Sebenarnya sudah banyak yang membahas hal ini baik lisan maupun tulisan, ada yang pro namun ada juga yang kontra. Padahal sudah jelas demokrasi bukanlah dari Islam, kalolah kita ikhlas mencari
dan meneliti, maka tidak perlu jauh-jauh dari asal kata saja "demokrasi" bukanlah dari Islam, dan apabila kita samakan dengan “musyawarah”
atau syuro, ya kenapa tidak kita ganti aja namanya menjadi sistem syuro, jadi gak
perlu sistem demokrasi. Gampang kan? Toh apalah arti sebuah nama kata para
pujangga, tapi anehnya banyak yang kekeh dan gak mau ganti dengan nama
tersebut. Mungkin saja alasannya takut dikatakan islam garis keras,
padahal sekali lagi kalolah kita ikhlas, serta yakin bahwa islam untuk disebarkan
mau tidak mau harus tetap disampaikan, jadi gak perlu istilah-istilah khayalan seperti itu, bahkan
yunani sendiri yang menemukan sistem tersebut,
saat ini tidak mampu menyelesaikan masalah hutang negaranya yang begitu besar.
Kalolah kita melihat definisi “syuro” menurut bahasa maka memiliki dua pengertian, yaitu menampakkan dan memaparkan sesuatu atau mengambil sesuatu. Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan definisi syura, diantara mereka adalah Ar Raghib al-Ashfahani yang mendefinisikan syura sebagai proses mengemukakan pendapat dengan saling merevisi antara peserta syura, serta pakar fikih kontemporer diantaranya juga mengatakan syuro adalah proses menelusuri pendapat para ahli dalam suatu permasalahan untuk mencapai solusi yang mendekati kebenaran. Sehingga dari berbagai definisi yang disampaikan di atas, kita dapat mendefinisikan syura sebagai proses memaparkan berbagai pendapat yang beraneka ragam dan disertai sisi argumentatif dalam suatu perkara atau permasalahan, diuji oleh para ahli yang cerdas dan berakal, agar dapat mencetuskan solusi yang tepat dan terbaik untuk diamalkan sehingga tujuan yang diharapkan dapat terealisasikan.
Islam telah menuntunkan umatnya
untuk bermusyawarah baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun
bernegara. Rasullullah pun sangat
memperhatikan dan senantiasa bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam
berbagai urusan terutama urusan yang terkait dengan kepentingan orang banyak. Beliau
pernah bermusyawarah dengan para sahabat pada waktu perang Badar mengenai
keberangkatan menghadang pasukan kafir Quraisy. Selain itu, rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bermusyawarah untuk menentukan lokasi berkemah dan
beliau menerima pendapat al-Mundzir bin ‘Amr yang menyarankan untuk berkemah di
hadapan lawan. Demikianlan, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bermusyawarah dengan para sahabatnya baik dalam masalah perang maupun yang
lain. ‘Ali radhiallahu ‘anhu juga pernah menerangkan manfaat dari syura.
Beliau berkata, “Ada tujuh keutamaan syura, yaitu memperoleh solusi yang tepat,
mendapatkan ide yang brilian, terhindar dari kesalahan, terjaga dari celaan,
selamat dari kekecewaan, mempersatukan banyak hati, serta mengikuti atsar
(dalil) [Al Aqd al-Farid hlm. 43].
So apakah syuro yang dilakukan DPR itu sudah memperoleh solusi yang tepat,
selamat dari kekecewaan serta mempersatukan banyak hati? Kayaknya sangat jauh,
bahkan terbukti sistem ini sangatlah mahal, terbukti kebijakan-kebijakan yang
diambil DPR sangat tidak mementingkan kepentingan umat melainkan kepentingan
pribadi dan partai, coba saja baca artikel-artikel berkaitan dengan biaya
anggaran untuk ini-itu anggota dewan.
Sehingga kalolah kita membandingkan antara syuro dan demokrasi itu tidak
tepat. Karena mengingat bahwa syuro berarti meminta pendapat yang merupakan
mekanisme pengambilan pendapat di dalam Islam dan merupakan bagian dari sistem
pemerintahan Islam. Sedangkan demokrasi sendiri merupakan suatu pandangan hidup
dan kumpulan ketentuan untuk seluruh konstitusi, undang-undang, dan sistem
pemerintahan, jadi bukan sekedar proses pengambilan pendapat. Oleh karena itu
lebih tepatnya kita harus membandingkan antara sistem pemerintahan islam dengan
sistem demokrasi tersebut bukan dengan syuro atau yang lebih kita kenal dengan namaya "musyawarah".
Begitu banyak perbedaan antara sistem pemerintahan islam yang salah satu
landasannya adalah syuro dengan demokrasi itu sendiri. Dalam demokrasi, pengertian
“rakyat” seperti yang telah kita pelajari pada pelajaran sosiologi menjadi “sekumpulan
manusia yang yang menempati suatu wilayah tertentu, dimana setiap individu di
dalamnya berkumpul dikarenakan kesadaran untuk hidup bersama, dan diantara
faktor yang membantu terbentuknya umat adalah adanya kesatuan ras dan bahasa. Terbentuknya
umat atau masyarakat karena adanya ras dan bahasa ini berbeda dengan Islam, bahwa
adanya penyatuan umat karena berlandaskan aqidah. Kalolah malaysia, turki, arab
saudi, palestina yang memiliki beda-beda bahasa toh tidak akan bersatu kalo
merujuk dari ras dan bahasa. Umat islam tidak akan bersatu, padahal agama kita
satu, pedoman kita sama, rasul kita sama. Oleh karena itu dalam sistem Islam,
definisi umat sangatlah berbeda dengan apa yang disebutkan sebelumnya, Islam
tidaklah terbatas pada faktor kesatuan wilayah, ras, dan bahasa. Namun, umat
dalam Islam memiliki definisi yang lebih luas karena akidah islamiyah-lah yang
menjadi tali pengikat antara setiap individu muslim tanpa membeda-bedakan
wilayah, ras, dan bahasa. Dengan demikian, meski kaum muslimin memiliki
beraneka ragam dalam hal ras, bahasa, dan wilayah, mereka semua adalah satu
umat, satu kesatuan dalam pandangan Islam.
Jadi ketakutan kita tentang hilangnya ras dan bahasa jika nantinya islam
kembali bersatu dari 54 negara adalah jelas salah, karena yang menyatukan kita
adalah aqidah yang sama yaitu Islam, satu pandangan, satu ideologi, biarpun
berpulau-pulau, kalau aqidah sama, tetap saudara kita, pedoman kita tetap sama.
Terkadang kitalah yang egois serta takut akan kembali tegaknya kepemimpinan
Islam, padahal jelas-jelas Islam sudah membuktikan kesejahteraannya selama 14
abad, sampai runtuhnya kekhilafahan ustmaniyah. Bahkan perkembangan eropa tidak
terlepas dari peradaban Islam, ilmuwan-ilmuwan Islam, karena kuatnya Islam
benar-benar di jaga oleh sistem pemerintahan, sehingga setiap orang merasa
aman, mencari ilmu, berijtihad, dan sebagainya, terbukti 2/3 dunia bersatu sehingga
bukannya seperti saat ini yang sudah terkotak-kotak. Sudah banyak tulisan dan
buku yang membahas tentang ini, sehingga kita harus terbuka dan ikhlas dalam mempelajari.
Apalagi pancasila yang sangat jelas bukan dari Islam, namun lahir dari
pemikiran sekuler dari founding fathers negeri ini, padahal piagam jakarta sendiri
sudah menjadikan syariat Islam sebagai pedoman hidup merupakan permintaan
dari setiap daerah, karena tujuannya hanya satu yaitu menghidupkan kembali kehidupan
islam setelah kehilafahan ustmaniyah runtuh. Padahal awal-awalnya semua pendiri
organisasi Islam, NU, Muhammadiyah, Masyumi, dan banyak lagi lainnya tersebut jelas menginginkan
kehidupan Islam, tapi sekarang penerusnya lupa, termasuk kita juga mungkin. So kalolah Islam mau diterapkan,
yaudah, gak perlu istilah-istilah kayak gitu lagi, kan kita islam, kenapa harus
malu menunjukkan identititas kalo kita adalah muslim, langsung aja jelas gitu,
negara kita mengikuti hukum Al-Qur’an dan sunnah, beres kan, gampang gak perlu
susah ribet ini itu. Kalo pertanyaannya banyak yang bukan muslim, justru kalo
islam diterapkan toleransi menjadi sangat penting, bahkan nyawa mereka terjamin.
Perkara korupsi sebentar saja selesai, gak perlu ada komisi ini itu yang jelas
semua pake komisi. So dengan sistem islam, semua aspek akan jalan, perkara
jinayah dan sebagainya akan berjalan. Pada demokrasi jelas-jelas hukum potong
tangan dan sebagainya tersebut tidak boleh diterapkan karena bertentangan
dengan HAM, padahal perkara tersebut juga mudah kalo dijelaskan, bahkan
terbukti sudah 14 abad aturan tersebut diterapkan banyak pengamat non muslim yang
menuliskan bahwa tidak ada pencurian dalam kehidupan Islam, dan sangaaaaat
kecil bayangkan waktunya 14 abad lho. hehe
Sistem demokrasi hanya berusaha untuk merealisasikan berbagai tujuan yang
bersifat materil demi mengangkat martabat bangsa dari segi ekonomi, politik,
dan militer semata. Sistem ini tidaklah memperhatikan aspek ruhiyah. Berbeda
tentunya dengan sistem Islam, yang tetap memperhatikan faktor-faktor tersebut
tanpa mengenyampingkan aspek ruhiyah diniyah, yang menjadi dasar dan tujuan
dalam sistem Islam. Dalam sistem Islam, aspek ruhiyah menjadi prioritas tujuan
dan kemaslahatan manusia yang terkait dengan dunia mereka ikut beriringan di
belakangnya.
Di dalam sistem demokrasi, rakyat memegang kendali penuh. Suatu
undang-undang disusun dan diubah berdasarkan opini atau pandangan masyarakat.
Setiap peraturan yang ditolak oleh masyarakat, maka dapat dimentahkan, demikian
pula peraturan baru yang sesuai dengan keinginan dan tujuan masyarakat dapat
disusun dan diterapkan. Berbeda halnya dengan sistem Islam, seluruh kendali
berpatokan pada hukum Allah suhanahu wa ta’ala. Masyarakat tidaklah
diperkenankan menetapkan suatu peraturan apapun kecuali peraturan tersebut
sesuai dengan hukum Islam yang telah diterangkan-Nya dalam al-Quran dan lisan
nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga jelas ini harus diberitahukan
kepada masyarakat, bukannya masuk sistem kemudian merubahnya. Toh sudah banyak
partai politik yang mengatakan memperjuangkan islam, toh tetap aja kalah
suaranya. Padahal rata-rata dari mereka adalah muslim.
Nah syuro sendiri diperlukan pada permasalahan yang tidak terdapat nash
(dalil tegas) atau juga memiliki nash, namun indikasi yang ditunjukkan mengandung
beberapa pemahaman. Sehingga jika permasalahan tersebut telah memiliki nash
yang jelas dan indikasi hukum yang jelas, maka syuro tidak diperlukan lagi.
syuro dibutuhkan untuk menentukan mekanisme pelaksanaan atau jalannya syari’at.
Berbeda dengan demokrasi, kewenangan
parlemen bersifat mutlak. Misalkan ada sepuluh orang yang menentukan
disahkannya lokalisasi, perdangan miras dsb. Nah kalo ada 7 orang saja yang
setuju, maka keputusan itu menjadi sah dan mutlak. Walaupun didalamnya adalah
orang muslim, maka aturan tersebut tetap dijalankan. Bahwa demokrasi menganggap
bahwa rakyatlah yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu negara berdasar
hukum mayoritas. Nah seperti inilah sistem yang diterapkannya di Indonesia.
Sedangkan syuro dimana rakyat tunduk dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya
kemudian para pemimpin kaum muslimin. Sehingga syuro tidak selamanya harus diterima, karena
harus sesuai dengan Al-qur’an dan sunnah, serta keputusan tersebut diambil oleh
amirul mukminin. Walaupun suara yang memilih adalah minoritas. Syuro bertujuan untuk menghasilkan solusi yang selaras
dengan al-haq, walaupun bertentangan dengan suara mayoritas, sedangkan
demokrasi justru sebaliknya lebih mementingkan suara mayoritas meski hal itu
menyelisihi kebenaran.
Jelas bahwa demokrasi adalah buatan akal manusia, bukan berasal dari Allah
SWT. Kita harus bedakan antara syuro dan demokrasi. Demokrasi lahir dari pemisahan agama dari
kehidupan, yang selanjutnya melahirkan pemisahan agama dari negara. Demokrasi
berlandaskan dua ide yaitu kedaulatan di tangan rakyat, dan rakyat sebagai
sumber kekuasaan. Demokrasi adalah sistem pemerintahan mayoritas. Demokrasi menyatakan
kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan kepemilikan sehingga yang
nantinya inilah cikal bakal lahirnya kapitalisme, dan kebebasan bertingkah
laku. sedangkan Islam boleh saja bebas tapi tetap terikat oleh hukum Allah SWT.
Di demokrasi sah-sah saja menghina agama seseorang, karena itu memang dijaga
dan diatur, sah-sah saja melakukan, ya gak usah dipanjang lagi deh, pasti bisa
temukan sendiri contoh lainnya, bahkan banyak yang lebih vulgar. Hehe.
Dan kalo kita benar-benar mencermati, bahwa pada setiap pencalonan baik
anggota dewan, bupati, gubernur, presiden semua membutuhkan biaya yang cukup
besar, banyak kasus yang stress gara-gara tidak menang, karena begitu banyaknya
uang yang dikeluarkan untuk kampanye tersebut. Jadi tidak heran, kalolah dalam
jangka waktu 5 tahun mereka hanya menerima gaji anggota dewan, pastilah semua uang
yang telah dikeluarkan tidaklah kembali. Sehingga terbukti bahwa kebijakan
suara mayoritas tersebut tidak memihak kepada rakyat itu sendiri. Sudah banyak
anggaran yang dikeluarkan ini itu yang tidak masuk akal biayanya sebesar itu,
padahal semua itu sangat diharapkan untuk kesejahteraan umat saat ini. Kalolah mau
gaji mereka dipotong kemudian untuk dijadikan subsidi bagi rakyat miskin, boleh
tuh, tapi kayaknya gak deh. Hehehe
Kesimpulannya bahwa sistem Islam berbeda dengan sistem demokrasi, yang
mengatakan bahwa syuro itu adalah demokrasi. Meskipun ada persamaan antara syura
dan demokrasi sebagaimana yang dinyatakan oleh sebagian kalangan. Namun,
terdapat perbedaan yang sangat substansial antara keduanya, mengingat bahwa
memang syura adalah sebuah metode yang berasal dari Rabb al-basyar (Rabb
manusia), yaitu Allah, sedangkan demokrasi merupakan buah pemikiran dari
manusia yang lemah yang tentunya tidak lepas dari kekurangan.
Begitulah indahnya Islam, bahkan orang-orang dulu sangat bangga dengan Islam, karena muslim terkenal pintar-pintar dan cerdas. So memang kita harus menunjukkan jati diri kita yang jelas, gak perlu takut, gak perlu cemas, kalolah dianggap nanti gak punya teman, dikatakan garis keras, asing dan sebagainya, nah kita mesti ingat, menjadi sedikit itu istimewa, bukankah Islam hadir dalam keadaan asing dan diakhir zaman juga akan asing, ya wajar gak apa-apa, karena rasulullullah sendiri yang sudah mengatakan demikian. Lagi-lagi hidup adalah pilihan, so kalo kita memilih seperti ini, pasti ada yang tidak menerima, tapi bukan sedikit yang mengharapkannya. So orang-orang spesial dan benar itu memang sedikit jumlahnya. Jadi kembali lagi hidup adalah pilihan, setiap pilihan itu ada resiko, yang penting dakwah itu bukan dengan kekerasan, karena sesuatu yang uda bengkok kalo dipaksakan nanti akan patah, sehingga yang harus dilakukan adalah memberitahu mulai dari bawah, memahamkan masyarakat, mencerdaskan masyarakat, bahwa iniloh solusinya, iniloh caranya, sehingga nanti masyarakat sendiri segera diterapkannya. Saat ini warga kota jakarta sendiri mengatakan 75% menginginkan tegaknya negara Islam (sumber dari republika). Jadi kalo kita sendiri muslim, namun masih enggan dan tidak mau menerapkan aturan-aturan Islam, ya perlu dipertanyakan.
So teman-teman, Islam sangat menghargai perbedaan, namun sangat menjunjung kesamaan, karena memang begitu indahnya Islam yang bukan sekedar agama ritual, namun memiliki seluruh konsep aspek kehidupan, yang jelas aqidah kita satu, pedoman kita pun sama, oleh karena itu dakwah ini wajib, untuk menyampaikan, memberitahukan walau hanya satu ayat. Yang tidak boleh adalah tidak berdakwah. Yang jelas percaya atau tidak percaya, berjuang atau tidak berjuang, yang pasti yakinlah bahwa Allah akan memenangkan agama ini dan semua umat muslim insyaAllah nantinya akan kembali bersatu dalam satu bendera yang seperti rasul katakan. Serta yakinlah bahwa bendera tersebut juga akan berkibar gagah oleh lembutnya angin di negeri Roma, so terima kasih teman-teman membaca tulisan ini, semoga Allah terus bersama kita dan membimbing kita di Jalan-Nya. Mohon maaf jika ada kesalahan kata, karena inilah kelemahan saya akan ketidak mampuan untuk berdebat dan dakwah secara langsung, sehingga saya Cuma bisa lewat menulis. So sekali lagi mohon maaf dan terima kasih ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar