“Pergilah
merantau maka kan kau dapati pengganti dari kerabat dan teman-teman yang baru,
berlelah-lelahlah, maka manisnya akan terasa setelah lelah berjuang”
“ANAK KOS”
Sampai hari ini aku tak bisa
membayangkan kalimat diatas benar-benar aku alami. Tak ada hujan, tak ada badai,
serasa bagaikan mimpi di siang hari ternyata peran inilah yang sedang aku
jalani. Walau cita-cita dan harapan hanya sekedar di kampung halaman, serta mencari
ilmu di tanah kelahiran, membuatku tak pernah membayangkan bagaimana dunia
luar. Seperti halnya kebanyakan teman-temanku yang lain, pergi merantau ke negeri
orang adalah suatu hal yang jauh diluar jangkauan, bahkan tak pernah
terpikirkan mencari ilmu di negeri seberang.
Dulu tidak ada yang paling indah,
kecuali berdiri dengan jas putih dan stetoskope tergantung di leher. Inilah Cita-cita ku dulu, dan Alhamdulillah cita-cita ini pun telah terwujud. Cita-cita
yang aku yakini semua orang menginginkannya. Tapi sayang cita-cita itu
hanya sebatas pengumuman dikoran bahwa namaku lulus dan tertulis disana. Lantas
hari ini begitu mudah bagiku meninggalkan harapan dan cita-citaku yang lalu.
Sedangkan begitu banyak teman-temanku yang menginginkan hal tersebut.
Iya aku lulus di kedokteran gigi universitas Syiah Kuala, tapi sebelum pengumuman
itu ditayangkan, aku juga lulus di ITT Telkom jurusan Teknik Industri.
Inilah jalan kehidupan, terkadang semua akan berbeda dengan apa yang kita pilih. Lantas apakah
aku menyesal? Jawabannya tidak sama sekali. Dulu ketika aku kecil, aku
sudah dibiasakan oleh ibu untuk selalu mencintai apa yang dikerjakan. Kini
aku menjalani pendidikan di STT PLN Jakarta. Awalnya bagiku “Jakarta” hanya ada
di sinetron-sinetron, bahkan bagaikan mimpi di siang hari bisa pergi kesana,
yang pastinya takkan pernah ada di memori otakku. Biarlah aku cuma bisa melihatnya di
tv, tapi memiliki keinginan kesana tidak ada sama sekali. Setelah tamat
SMA, pikiranku bagaimana cara melanjutkan perndidikan di
universitas syiah kuala, dan mewujudkan cita-citaku tersebut.
Tapi ternyata Allah memiliki kehendak yang berbeda.
Awal ceritanya ketika abangku
sering duduk didepan layar komputer sambil melihat pengumuman lowongan kerja di
internet, padahal abangku telah menjadi pegawai
pemerintahan saat itu. Tapi ada hal menarik disaat ia mengotak-ngatik sambil
menatap tabung berlayar hitam tersebut. Ternyata ada sebuah pengumuman bagi
lulusan SMA, dimana jika telah menjalani pendidikan selama 3 tahun maka
langsung diterima menjadi pegawai perusahaan tersebut. Akhirnya Ia menawari kepadaku
yang kebetulan juga baru tamat sekolah menengah atas. Karena Ia
tahu mencari pekerjaan saat ini susah, sedangkan menjadi seorang
dokter juga tidak menjamin pekerjaan, namun beda lagi ceritanya kalau punya
uang banyak, sehingga bisa meneruskan pendidikan hingga buka praktek, tapi biaya
yang dikeluarkan tidaklah sedikit dibandingkan dengan kondisi keuangan
keluarga kami. Tapi menjadi seorang dokter tetap menarik bagiku.
Tidak salah untuk mencoba, hatiku
berkata. Akhirnya kuputuskan untuk membeli formulir, dan kuisi semua data-data tentang pribadi, termasuk
jurusannya pun sudah aku tentukan. Semua persyaratan telah selesai dimasukkan,
kini tinggal persiapan dan menunggu tanggal ujian. Tepatnya malam hari, aku kembali duduk di depan tabung berlayar
hitam, sambil menunggu pengumuman di website www.pln.co.id.
Scroll mouse pun aku gerakkan perlahan-lahan, supaya tidak ada yang
meleset satupun, ternyata “Ali Akbar” tertulis di pengumuman tersebut, aku
sesuaikan dengan nomor ujian, akhirnya tepat itu adalah namaku. Alhamdulillah
ternyata aku lulus, namun masih banyak tahap yang harus dilewati sampai tahap akhir. Abangku memberiku selamat, tapi bukan untuk berpuas dulu, sebab ada tes berikutnya yang harus dipersiapkan.
Tapi ujian tahap berikutnya bukanlah didaerah asalku, melainkan di kota Medan sehingga kami harus bergabung dengan lulusan dari Medan. Saat itu yang
lulus dari daerahku hanyalah 27 orang. Ketika pengumuman tahap berikutnya tiba, yang lulus tinggallah 8 orang, dan termasuk diriku. Namun pada saat perkuliahan yang mendaftar ulang hanyalah 4 orang.
Teringat
dari Pesan Imam asy syafi'i, “orang yang pandai dan beradab tak kan diam di
kampung halaman. Tinggalkan kampungmu dan merantaulah ke negeri orang. Pergilah
merantau maka kan kau dapati pengganti dari kerabat dan teman-teman yang baru,
berlelah-lelahlah, maka manisnya akan terasa setelah lelah berjuang. Sungguh
air kan mjd rusak jika ia diam dan tertahan, dan menjadi jernih jika ia
mengalir, bila tidak maka ia akan jadi keruh dan singa tak akan memangsa, jika
ia tak tinggalkan sarang, anak panah pun tak kan mengena jika tak mau
meninggalkan busur. Matahari jika tak tinggalkan peredaraannya, maka membuat
manusia menjadi bosan dan enggan memandang. emas dan tanah tak ada bedanya jika
bercampur dan masih di tempat yang sama, kayu gaharu tak ubahnya dgn kayu biasa
jika masih di dalam hutan, kecuali dipisahkan dan dibawa ke pasar, maka akn
direbut para hartawan. Bagi laki-laki sepantasnya menimba imu dgn
bersungguh-sungguh dan berpisah dari tanah kelahiran sehingga menjadi berguna”.
Hingga malam itu semua keluarga
berkumpul untuk membahas hal ini. Akhirnya diputuskanlah bahwa aku akan
melanjutkan pendidikan ke Jakarta. Yang jelas aku tak pernah tahu angkot disana
bagaimana? makanannya seperti apa? Apakah aku akan punya banyak teman atau
tidak, apakah lingkungannya baik atau tidak? Pastinya aku tidak
pernah tahu, hanya doa yang terus ku panjatkan kepada Allah, semoga pilihan
aku adalah tepat. Alhamdulillah tahun pertama di Jakarta, aku jalani dengan
baik, walau awalnya aku sering sakit-sakitan dan hanya menambah kecemasan
keluarga. Tapi biarlah karena ini jalan kehidupan, dengan kekuatan yang besar
menjadikan masalah bagaikan kerikil yang sedikit menghambat diri, namun
bukan membuat kita berhenti dan menyerah. Hehe. Pada tahun pertama aku
mendapatkan IPK yang cukup lumayan, sehingga sedikit menghilangkan kecemasan
keluargaku, terutama orang tua dan abangku, karena ia lah yang memberitahukan
jalan hingga aku sampai disini. Setiap datang telepon darinya, ia hanya
mengatakan kepadaku, apakah aku menyesal? Apakah aku juga senang menjalani ini
semua? Maka jawabanku dengan semangat dan luar biasa, aku katakan bahwa aku
sangat bahagia, karena bukan hanya ilmu baru, pengalaman baru, bahkan banyak
menemukan orang-orang sukses kualitas nasional, yang membuat diriku semakin
terpacu. Tapi kalaulah aku disana mungkin lain lagi ceritanya. Hehe.
Ternyata bener dulu yang aku sangkakan semua telah
terjawab sudah. Kini aku jumpai pengalaman yang baru, guru baru, teman baru, dan
yang paling berharga adalah ilmu baru. Sehingga aku harus berusaha dan terus
bergerak untuk mencapai cita-cita, karena jumutnya seseorang akibat ia berdiam
diri, bagaikan air yang tak mengalir, sehingga menimbulkan kejenuhan karena
tidak keluar dari comfort zone.
Ketika sampai di tanah
perantauan, yang aku sadari bahwa diriku tidak boleh mengecewakan kedua orang
tua, aku harus berikan yang terbaik, karena nantinya akan begitu banyak
yang orang tuaku harus keluarkan untuk kehidupan disini. Sehingga aku tidak
boleh main-main sekedar kebahagiaan ku semata. Aku berusaha
melakukan apa yang teman-teman tidak lakukan, dan aku tak akan melakukan apa yang
kebanyakan mereka lakukan. Bingung! Oke gini maksudnya, ketika teman-temanku
yang lain terus membuang-buang waktu mereka, bermain dan sebagainya, sebaliknya
aku harus fokus dan terus berusaha untuk mendapatkan yang aku harapkan. Dulu
aku ingat banget, ketika menjelang ujian, teman-temanku terus bermain-main, nah
saat ujian tiba, rapor merah yang mereka dapat, sehingga ketika musim liburan,
yang seharusnya dipakai untuk liburan, eh malah dipakai untuk belajar lagi.
kemana aja waktu kemarin mas? Akhirnya ini juga yang membuat diriku bisa
membagi ilmu yang telah aku pelajari ke teman-teman, sehingga banyak
teman-teman bilang, kalo belajar sma diriku, terasa sangat jelas, dan mudah
dipahami, hehe narsis deh. haha sori bercanda. Yang jelas ketika aku membagi
ilmu kepada teman-teman bukan membuat mereka sekedar bisa menjawab, tapi harus
bisa memahami pola mengerjakan soal dalam segala bentuk.
Pastinya aku telah meluangkan waktu dan tenaga untuk fokus dan konsen disana, sehingga pertanyaannya, kemanakah waktu yang mereka beli disaat aku harus fokus untuk mempelajarinya. Tapi biarlah, yang jelas aku melakukannya dengan senang hati dan nyaman. Karena habits diwaktu kecil, jadi ringan aja tuh, senang aja bawaannya.hehe. sebenarnya aku juga paling seneng tuh jalan-jalan, apalagi keluar kota, wuuuh nomor satu deh semangatnya, bagiku liburan tetap sangatlah penting untuk meringankan semua kepenatan kita. Kalau tidak, semua akan menjadi jenuh dan tidak ada “passion” untuk menjalaninya.
Tapi yang jelas, aku
melakukan ini semua karena satu hal yaitu karena aku cuma seorang mahasiswa,
sehingga aku sadar bahwa cuma nilailah yang bisa ku berikan kepada
orang tua. Dulu aku mendapat tawaran untuk mengajar homeschooling, bahkan
sallary-nya tidak tanggung-tanggung menurutku, sebesar Rp. 2.500.000,-
perbulannya. Namun sayang aku tidak bisa menerima karena banyaknya
jadwal kuliah dan praktikum yang bentrok dengan jam ngajar tersebut. Akhirnya
tawaran tersebut aku tolak. Tapi biarlah, toh sebentar lagi pertanyaan itu juga
terjawab sendiri. Hehe. Aku pernah bilang ke ibuku saat itu, “mak cuma nilai
yang bisa ali berikan, ali belum bisa beri uang kepada mamak”, tapi dengan
kalimat yang sangat motivasi bagiku, dan ibuku menjawab “itu sudah membuat mamak
sangat senang, toh nanti juga Ali bakal kasih mamak uang juga” hehe, Amien.
"InsyaAllah jawaban itu akan segera terwujud heheh doain ya mak". Yang jelas
aku akan terus berusaha, ya saat ini cuma bisa belajar terus belajar. Hingga ada
seorang temanku, li “PLN itu bukan hanya perusahaan listrik, tapi banyak
lainnya yaitu SDM juga dikembangkan disana” hehe aku senang dengernya, tapi ada
yang sedikit menyentil, terkadang kita sering main-main, belajar juga
pas-pasan, lantas kemampuan lain yang kita miliki apa? Aku juga heran. Tapi biarlah.
Yang jelas aku bukanlah orang
pintar, toh aku seorang yang bodoh, sehingga tidak
ada jalan lain, ya aku harus belajar, hehe. Dulu aku ingat, Ibuku selalu menyuruhku
untuk selalu membaca walau 1 halaman, barulah ia mengizinkan aku bermain.
Padahal berat hati ini mendengar sorak-sorai anak-anak sebayaku bermain di muka
halaman, sambil kejar-kejaran. Bahkan Aku tidak boleh pergi bermain bersama
mereka kecuali sudah tidur siang, hehe, hingga sekarang tidur siang masih menjadi
kebiasaan. Menurutku belajar bukan sekedar dari buku tapi juga dari pengalaman serta
apa yang kita lihat sehari-hari. Dan aku yakini, pengalaman juga tidak mesti
dari pengalaman kita sendiri, tapi juga bisa dari pengalaman orang lain.
Sehingga kita tidak perlu jatuh di lubang yang sama, hanya karena kita telah
mengetahui bahwa di depan ada lubang,
jadi kita bisa lebih cepat antisipasinya, hehe. Lantas kalo kita gak
punya pengalaman, kita harus berhenti untuk berjuang. Menurutku malah tidak ada
pengalamanlah kita mestinya terus berjuang, bukan cuma diam dan menunggu
hasil.
So, aku suka belajar hanya
sekaligus menjadikan habits saja, saat ini menjalani aktivitas sebagai
mahasiswa cuma bisa belajar, ketika sudah bekerja ya kerja keras, sehingga
semangat itu terus ada sampai di pekerjaan. Luruskan niatnya, naikkan
cita-citanya. Heheh! Yang jelas aku banyak mendapatkan ilmu disini, apalagi dari
orang-orang sukses yang pernah aku jumpai. Dan hampir semua orang yang sukses,
ternyata mereka sering membaca. Akhirnya aku bertanya kepada salah seorang
tersebut. Kebetulan di rumahnya ada sebuah buku yang lumayan tebal, tapi
ditengah-tengah terselip pembatas halaman, ternyata sudah begitu banyak yang ia
dibaca. Kemudian aku bertanya kepada orang tersebut, “wah bukunya tebal banget
mas?, iyaa baru setengah saya baca”. Tapi ada 1 kalimat tambahan yang terlontar
dari mulutnya, saya wajibkan diri saya untuk membaca minimal 70 halaman dan
maksimal 100 halaman per hari.” Padahal aku sendiri tidak pernah menyelesaikan
apa yang telah aku baca, hingga akhirnya inilah yang membuat diriku dan memaksakan diri membaca min 70 hal. dan maksimal 100
halaman, dan alhamdulillah kebiasaan itu masih terus berlangsung sampai hari
ini.
Tapi tidak sampai disitu, ada
satu buku yang membuat diriku sadar, bahwa kita adalah makhluk yang sangat
lemah dan bahkan kecil dibandingkan alam semesta yang begitu luas, sehingga
jikalaulah dirikita tidak ada sekalipun, kayaknya juga tidak berpengaruh pada
alam ini. Tapi yang aku yakin bahwa tuhan memiliki tujuan mengapa diriku hadir
di dunia, yang tentunya semua untuk keseimbangan dunia. Dalam buku itu
mengatakan, ya kalau ingin engkau dikenal dunia, maka menulislah, karena
tulisan itu akan terus ada. Sehingga muncullah suatu semangat yang baru, bahwa
aku juga harus menulis. Dan aku menargetkan untuk mengepost tulisan di blog
setiap minggu. Tapi terget itu belumlah jelas, sehingga aku harus
memperjelas target tersebut dengan “aku harus sudah mengepost artikel/tulisan
setiap malam minggu".
Mohon do’anya ya teman-teman bila
ada khilaf dan silap, karena aku tahu bahwa suatu saat nanti aku akan “down”
dan malas juga, sehingga tidak ada lain untuk selalu mengajak teman-teman untuk
saling mengingatkan. So terima kasih ya telah membaca tulisan semoga ada
manfaat yang bisa diambil :)
1 komentar:
artikelnya mantap sekaliiii
Posting Komentar