Beberapa hari yang lalu aku membuat
janji dengan seorang teman untuk jalan-jalan ke perpustakaan syiah kuala,
sekaligus mencari pengetahuan dan hal yang baru disana. Kami pun mengunjungi perpustakaan induk unsyiah untuk melihat dan
mencari buku-buku yang menarik sebagai bahan kuliahku nanti, sebelum balik
ke jakarta. Namun karena aku mahasiswa luar daerah, sehingga kami hanya dibolehkan melihat satu buku saja. Ah biarlah, toh masih syukur bisa diberi
kesempatan baca, dan penjaga perpus rela bangkit dari kursinya dan mengambilkan
buku yang aku pinta.
Namun setelah beberapa jam aku
membolak-balik buku tersebut, hatiku merasa ada yang kurang sreg, karena
informasi yang butuhkan belumlah cukup. Sehingga kami berencana mengunjungi perpustakaan jurusan yang sama dengan jurusan ku saat ini. Tapi karena
saat itu sudah pukul satu, kami memutuskan untuk sholat dhuhur dulu di kampus. Setelah itu
barulah melanjutkan niat kami kembali. Namun karena tidak punya banyak
informasi tentang kampus ini, sehingga aku mencoba untuk menghubungi teman
lama ku dulu.
Namun ntah kenapa pikiranku
langsung tertuju ke si dia. "Ah tak apalah gak ada salahnya ku coba". Aku pun meneruskan mencari-cari
nomornya di kontak, lantas aku berpikir kembali "kenapa harus ke si dia, kenapa
gak nomor yang lain, bukan kah teman-temanku banyak yang jurusan sama denganku.
“Ya sudahlah tak apa, yang pentingkan niatku Cuma sekedar nanya koq”. Baiklah, ku
awali kalimat dengan salam terlebih dulu, namun ketika menulis kata-kata tersebut,
tanganku mulai terasa berat seperti ada yang memborgolku, sehingga aku tak
mampu menuliskan satu huruf pun, setiap kata yang ditulis aku hapus dan ku coba
tulis lagi, hapus lagi, tulis lagi, so apa yang membuat kepalaku seperti ini ya
Allah? kenapa tanganku menjadi berat sehingga tak mampu menekan keypad munyil
ini? Apakah hati ini masih menyimpan dalamnya lautan dendam?, ataukah aku masih
belum mampu memaafkannya? Ataukah kehadiran ku mampu membangkitkan memori kusam
itu kembali?
Hati ku kecil ku berkata, “ya
Allah kalolah perasaan itu memang benar maka aku ingin kau hapuskan segera".
Sehingga aku ingin kembali seperti dulu lagi seperti awal bertemu. Dengan ku
ucapkan bismillah, aku pun kembali menuliskan patah dua patah kata di HP E71 ku
ini. Ku coba kembali mencari nomornya di kontak, dan kemudian aku kirim pesan
singkat tersebut yang berisi tentang bagaimana perpustakaan di jurusan tersebut. Lama ku
menunggu, sambil adzan dhuhur berkumandang, akhirnya hp ku pun bergetar, aku
yakin kali ini sms dari si dia. Kemudian ku bukalah pesan dari inbox, nafas ku
tersungkal, namun telingaku terus mencoba mendengarkan lantunan ayat suci Al-qur’an
yang masih berdendang. Ku tarik nafas perlahan, kemudian ku baca kembali dan ku
cermati isi pesannya. Alhamdulillah ternyata ia masih mau membalas sms dari ku,
ia masih meluangkan waktunya untuk membaca, dan menjawab pertanyaanku, tapi koq
ada sesuatu aneh yang ku rasakan, "kenapa balasannya Cuma dua huruf ya? bukankah
aku menulis 3 baris padanya, tapi kenapa jawabannya sesingkat itu? Apakah sulit
menjawab salamku? So apakah berat kedua tangan itu Mengetik di tombol munyil
tersebut?"
Aku pun kembali mencari memori
kusam itu kembali yang kini telah tertumpuk-tumpuk di dalam otakku, namun aku
masih ingat betul dimana posisi memori tersebut. So kemudian aku mengambilnya
kembali dan berfikir, apakah Ia masih belum bisa memaafkanku? Apakah kenangan
yang lalu masih sangat terlihat jelas diingatannya? Apakah hidupnya sangat
berperngaruh terhadap memori kusam tersebut? “Maafkan aku teman”
So kenapa ya Allah, terkadang sulit bagi kita melupakan kenangan buruk daripada kenangan yang indah, yang seharusnya kita gali untuk menatap kehidupan yang lebih indah? Kenapa kita masih sering memutar kaset yang berisi kenangan buruk sehingga dapat mempengaruhi kehidupan kita, pikiran kita, kedewasaan kita. Kenapa kita masih sering mengulang-ngulang kisah yang lalu, saat menatap wajahnya, saat mendengar suaranya, saat membaca smsnya. Kenapa hati ini terlalu mudah menyimpan memori buruk, yang sebenarnya dapat menggerogoti hati ini sehingga tak mampu lagi melihat akan kebenaran, so kenapa kita begitu sulit mengucapkan "maaf", walaupun itu menyakitkan, ataukah mungkin membuat hidup kita tidak nyaman.
Aku kemudian merenung sampai
kapan kisah ini terus ada di setiap langkah kita, mau sampai kapan kaset usang
tersebut harus terus diputar, sehingga energi ini akan banyak habis memikirkan masa lalu,
yang sebenarnya tak dapat kembali. Padahal bukankah waktu kita terbatas, bukankah
umur kita tak ada yang tahu? So kenapa tidak kita gunakan hal-hal bermanfaat untuk
membuat orang tersenyum, memberikan inspirasi, dan membagi ilmu. So ya Allah
ampuni hamba mu ini, yang bergelimang dosa sehingga hati ini beku dan tak
mengenal kata “maaf”.
Memang sulit untuk melupakan suatu
hal yang menyakitkan, tapi bukankah di memori kita masih banyak kisah-kisah
yang indah? Kisah-kisah yang mampu membuat kita tersenyum dan bersyukur akan arti
kehidupan, rasa sykur bisa mengenalnya, bisa mengetahuinya, berbagi ilmu,
mengajari kita cinta dan sebagainya. Namun ketika kesalahan dan kesilapan
datang, kenapa ini yang sangat jelas diingatan kita, sehingga kita lupa
keindahan yang pernah kita jalani, kehidupan yang sebenarnya sangat-sangat
berkesan bagi kita. Pada saat hati ini terluka, sulit bagi kita untuk memaafkan
kesalahanya, mendengar suaranya hanya menambah keruh di hati, membaca smsnya
hanya menambah pilu di dada, menatap wajahnya membuat kaset kusam itu berputar seakan
lambat. Sehingga timbullah rasa dendam, dan kebencian di dalam dada. Bahkan kita
tak rela dan kesal hingga tujuh turunan. Astagfirullah Al azhim, Ya Allah
ampuni hambamu ini.
So bukankkah “maaf” itu adalah
kata “kunci” untuk membuka pintu dendam dan kebencian. Bukankah kata “maaf”
mengandung kekuatan untuk memutuskan rantai kepahitan dan keegoan akan
kepentingan diri. Bukankah pasang surut hubungan di kehidupan itu adalah hal
yang biasa, yang merupakan bagian dari cerita, serta goresan tinta kehidupan
kita. Namun kenapa kita sering menerima perlakukan menyakitkan dari orang yang
kita cintai. Padahal banyak di luar sana yang menunggu kalimat “aku memaafkanmu”, namun ada banyak juga
diluar sana yang terus mencari cara bagaimana membalas dendam.
Entah berapa banyak manusia di
dunia ini yang menunggu kata “maaf”, sedangkan hanya sedikit yang memiliki
kekuatan dan keberanian untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf. Maaf adalah
jembatan yang harus diseberangi oleh setiap kita untuk melewati kepedihan, rasa
amarah, dendam, putus asa, dan berbagai penderitaan yang lain. Namun kita
membutuhkan kekuatan, keberanian, dan kerendahan hati untuk bisa
menyeberanginya, karena di ujung sana, akan ada kebahagiaan, kedamaiaan dan
kenyamanan yang akan menanti kita. Tapi begitu seringnya kita menghidupkan
kembali kepahitan dan penderitaan yang lalu, sehingga kita sering dibayangi
rasa amarah, dan kebencian mendalam yang seharusnya cerita lalu adalah membahagiakan.
Namun hanya satu kata yang mampu menjadi obatnya yaitu “maaf”.
Karena memaafkan adalah sesuatu
kekuatan spiritual yang berani dan merupakan salah satu cara menaikkan kualitas
hidup seseorang. Sehingga waktu demi waktu, menit demi menit, yang
kita pakai untuk memikirkan seseorang yang berbuat salah kepada kita nantinya akan habis
sehingga tanpa kita sadari kita telah banyak membuang waktu yang seharusnya dipakai untuk menatap
masa depan, namun malah dibuang ke masa yang telah lalu.
So maafkan aku teman, aku tahu
banyak melukai hatimu, tapi bukan maksudku begitu. Kalo kisah lalu masih
membekas dihatimu, dengan segala kerendahan hati aku mohon maaf kepadamu,
karena aku yakin bahwa Allah tak akan memaafkan segala kesalahanku, kecuali
dengan keridhoanmu. Apakah kau rela, membuatku membayang-bayang kisah lalu,
yang seharusnya menjadi kenangan indah kita di waktu SMA. So maafkan aku teman.
Bukankah benak kita hanya bisa diisi oleh satu pikiran setiap kalinya. Sama
seperti kita memikirkan alasan untuk memaafkan orang lain, kita akan menarik semua
energi dan memberi bahan bakar yang diperlukan oleh energi negatif, dalam
bentuk rasa marah, penyesalan dan kepedihan agar tetap menyala. Sehinga aku
harus menyiapkan mental untuk tetap menghidupkan energi positif supaya aku
tenang dan positif serta menjadi kuat. Karena aku yakin orang lemah tak akan
mampu memaafkan orang lain. Sehingga aku juga membutuhkan energi yang kuat
untuk menulis hal ini, karena bagiku ini sulit, tapi aku tetap harus
menyeberangi jembatan tersebut, karena yang kubutuhkan adalah ketenangan hati. Sehingga
aku berharap menjadi orang sukses yang dapat membangun fondasi dari
batu yang dilempar orang lain kepadaku. Karena “kebahagiaan” tujuan hidup kita.
So maafkan aku teman,
Aku berharap kepada Allah semoga
aku mampu memaafkan kesalahan orang lain, dan mampu menerima setiap kritikan
orang lain bagaimanapun pedih dan sakitnya. Sehingga aku terbebas dari beban
batin dan menjadi orang bahagia yang mampu menghindari keburukan dengan tidak
membalas keburukan dengan keburukan. Sehingga energi kita tidak akan terkuras
untuk memikirkan hal-hal yang buruk terhadap dirikita. Bukannkah hati ini
menjadi lapang ketika kita mampu memaafkan orang lain dan mengikhlaskannya, bukankah kegelisahan, kepedihan, dan penderitaan yang kita alami akan hilang jika kita mampu merendahkan hati, sehingga kita
akan punya banyak energi positif yang bisa dimanfaatkan untuk menyiapkan
masa depan. Sehingga kita kembali antusiasme dan merasa bahagia melewati
hari-hari dengan penuh senyuman.
So bayangkan apa yang terjadi
jika hidup kita dipenuhi rasa amarah, jengkel, dan dendam? Bukannkah akan
banyak penyakit yang akan datang kepada kita, stroke, jantung dan sebagainya.
Bayangkan jika hidup kita terus menerus dibayang-bayang oleh wajah orang yang
membenci kita, so kita akan kehabisan banyak energi sehingga kita bisa
mematikan energi positif dan segala potensi yang kita miliki. So sudah saatnya
kita menjalin kembali silaturahmi dan menjalani kehidupan dengan semangat dan optimis,
dengan menjadikan dirikita bermanfaat bagi orang lain, namun bukan
bayang-bayang kebencian. Jadi saatnya kita menjalani hari-hari dengan optimis
sehingga suatu saat nanti kita bisa bahagia dan sukses bersama.
Sekali lagi, buat siapapun teman
yang pernah tersakiti baik lidah yang tak bertulang ini, sikap bagaikan harimau
kelaparan, yang mampu membuat goresan di hati, aku mohon maaf kepada
teman-teman semua, semoga teman-teman juga bisa memaafkan diriku. Karena aku
hanyalah manusia biasa, yang banyak khilaf dan kekurangan, sehingga sepatutnya
diriku sering meminta maaf kalian, agar tiada beban di hati ini. Aku sadar
karena masih ada iman di hati ini. Bantu aku untuk selalu
mengingatkan jika ada perkataan dan perbuatan ku yang salah. So sekali lagi “MAAFKAN
AKU YA TEMAN”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar