Selasa, 21 Februari 2012

MAAFKAN AKU



Beberapa hari yang lalu aku membuat janji dengan seorang teman untuk jalan-jalan ke perpustakaan syiah kuala, sekaligus mencari pengetahuan dan hal yang baru disana. Kami pun mengunjungi perpustakaan induk unsyiah untuk melihat dan mencari buku-buku yang menarik sebagai bahan kuliahku nanti, sebelum balik ke jakarta. Namun karena aku mahasiswa luar daerah, sehingga kami hanya dibolehkan melihat satu buku saja. Ah biarlah, toh masih syukur bisa diberi kesempatan baca, dan penjaga perpus rela bangkit dari kursinya dan mengambilkan buku yang aku pinta

Namun setelah beberapa jam aku membolak-balik buku tersebut, hatiku merasa ada yang kurang sreg, karena informasi yang butuhkan belumlah cukup. Sehingga kami berencana mengunjungi perpustakaan jurusan yang sama dengan jurusan ku saat ini. Tapi karena saat itu sudah pukul satu, kami memutuskan untuk sholat dhuhur dulu di kampus. Setelah itu barulah melanjutkan niat kami kembali. Namun karena tidak punya banyak informasi tentang kampus ini, sehingga aku mencoba untuk menghubungi teman lama ku dulu. 

Namun ntah kenapa pikiranku langsung tertuju ke si dia. "Ah tak apalah gak ada salahnya ku coba". Aku pun meneruskan mencari-cari nomornya di kontak, lantas aku berpikir kembali "kenapa harus ke si dia, kenapa gak nomor yang lain, bukan kah teman-temanku banyak yang jurusan sama denganku. “Ya sudahlah tak apa, yang pentingkan niatku Cuma sekedar nanya koq”. Baiklah, ku awali kalimat dengan salam terlebih dulu, namun ketika menulis kata-kata tersebut, tanganku mulai terasa berat seperti ada yang memborgolku, sehingga aku tak mampu menuliskan satu huruf pun, setiap kata yang ditulis aku hapus dan ku coba tulis lagi, hapus lagi, tulis lagi, so apa yang membuat kepalaku seperti ini ya Allah? kenapa tanganku menjadi berat sehingga tak mampu menekan keypad munyil ini? Apakah hati ini masih menyimpan dalamnya lautan dendam?, ataukah aku masih belum mampu memaafkannya? Ataukah kehadiran ku mampu membangkitkan memori kusam itu kembali? 

Hati ku kecil ku berkata, “ya Allah kalolah perasaan itu memang benar maka aku ingin kau hapuskan segera". Sehingga aku ingin kembali seperti dulu lagi seperti awal bertemu. Dengan ku ucapkan bismillah, aku pun kembali menuliskan patah dua patah kata di HP E71 ku ini. Ku coba kembali mencari nomornya di kontak, dan kemudian aku kirim pesan singkat tersebut yang berisi tentang bagaimana perpustakaan di jurusan tersebut. Lama ku menunggu, sambil adzan dhuhur berkumandang, akhirnya hp ku pun bergetar, aku yakin kali ini sms dari si dia. Kemudian ku bukalah pesan dari inbox, nafas ku tersungkal, namun telingaku terus mencoba mendengarkan lantunan ayat suci Al-qur’an yang masih berdendang. Ku tarik nafas perlahan, kemudian ku baca kembali dan ku cermati isi pesannya. Alhamdulillah ternyata ia masih mau membalas sms dari ku, ia masih meluangkan waktunya untuk membaca, dan menjawab pertanyaanku, tapi koq ada sesuatu aneh yang ku rasakan, "kenapa balasannya Cuma dua huruf ya? bukankah aku menulis 3 baris padanya, tapi kenapa jawabannya sesingkat itu? Apakah sulit menjawab salamku? So apakah berat kedua tangan itu Mengetik di tombol munyil tersebut?"
 
Aku pun kembali mencari memori kusam itu kembali yang kini telah tertumpuk-tumpuk di dalam otakku, namun aku masih ingat betul dimana posisi memori tersebut. So kemudian aku mengambilnya kembali dan berfikir, apakah Ia masih belum bisa memaafkanku? Apakah kenangan yang lalu masih sangat terlihat jelas diingatannya? Apakah hidupnya sangat berperngaruh terhadap memori kusam tersebut? “Maafkan aku teman”


So kenapa ya Allah, terkadang sulit bagi kita melupakan kenangan buruk daripada kenangan yang indah, yang seharusnya kita gali untuk menatap kehidupan yang lebih indah? Kenapa kita masih sering memutar kaset yang berisi kenangan buruk sehingga dapat mempengaruhi kehidupan kita, pikiran kita, kedewasaan kita. Kenapa kita masih sering mengulang-ngulang kisah yang lalu, saat menatap wajahnya, saat mendengar suaranya, saat membaca smsnya. Kenapa hati ini terlalu mudah menyimpan memori buruk, yang sebenarnya dapat menggerogoti hati ini sehingga tak mampu lagi melihat akan kebenaran, so kenapa kita begitu sulit mengucapkan "maaf", walaupun itu menyakitkan, ataukah mungkin membuat hidup kita tidak nyaman. 

Aku kemudian merenung sampai kapan kisah ini terus ada di setiap langkah kita, mau sampai kapan kaset usang tersebut harus terus diputar, sehingga energi ini akan banyak habis memikirkan masa lalu, yang sebenarnya tak dapat kembali. Padahal bukankah waktu kita terbatas, bukankah umur kita tak ada yang tahu? So kenapa tidak kita gunakan hal-hal bermanfaat untuk membuat orang tersenyum, memberikan inspirasi, dan membagi ilmu. So ya Allah ampuni hamba mu ini, yang bergelimang dosa sehingga hati ini beku dan tak mengenal kata “maaf”. 


Memang sulit untuk melupakan suatu hal yang menyakitkan, tapi bukankah di memori kita masih banyak kisah-kisah yang indah? Kisah-kisah yang mampu membuat kita tersenyum dan bersyukur akan arti kehidupan, rasa sykur bisa mengenalnya, bisa mengetahuinya, berbagi ilmu, mengajari kita cinta dan sebagainya. Namun ketika kesalahan dan kesilapan datang, kenapa ini yang sangat jelas diingatan kita, sehingga kita lupa keindahan yang pernah kita jalani, kehidupan yang sebenarnya sangat-sangat berkesan bagi kita. Pada saat hati ini terluka, sulit bagi kita untuk memaafkan kesalahanya, mendengar suaranya hanya menambah keruh di hati, membaca smsnya hanya menambah pilu di dada, menatap wajahnya membuat kaset kusam itu berputar seakan lambat. Sehingga timbullah rasa dendam, dan kebencian di dalam dada. Bahkan kita tak rela dan kesal hingga tujuh turunan. Astagfirullah Al azhim, Ya Allah ampuni hambamu ini.

So bukankkah “maaf” itu adalah kata “kunci” untuk membuka pintu dendam dan kebencian. Bukankah kata “maaf” mengandung kekuatan untuk memutuskan rantai kepahitan dan keegoan akan kepentingan diri. Bukankah pasang surut hubungan di kehidupan itu adalah hal yang biasa, yang merupakan bagian dari cerita, serta goresan tinta kehidupan kita. Namun kenapa kita sering menerima perlakukan menyakitkan dari orang yang kita cintai. Padahal banyak di luar sana yang menunggu kalimat  “aku memaafkanmu”, namun ada banyak juga diluar sana yang terus mencari cara bagaimana membalas dendam.


Entah berapa banyak manusia di dunia ini yang menunggu kata “maaf”, sedangkan hanya sedikit yang memiliki kekuatan dan keberanian untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf. Maaf adalah jembatan yang harus diseberangi oleh setiap kita untuk melewati kepedihan, rasa amarah, dendam, putus asa, dan berbagai penderitaan yang lain. Namun kita membutuhkan kekuatan, keberanian, dan kerendahan hati untuk bisa menyeberanginya, karena di ujung sana, akan ada kebahagiaan, kedamaiaan dan kenyamanan yang akan menanti kita. Tapi begitu seringnya kita menghidupkan kembali kepahitan dan penderitaan yang lalu, sehingga kita sering dibayangi rasa amarah, dan kebencian mendalam yang seharusnya cerita lalu adalah membahagiakan. Namun hanya satu kata yang mampu menjadi obatnya yaitu “maaf”. 

Karena memaafkan adalah sesuatu kekuatan spiritual yang berani dan merupakan salah satu cara menaikkan kualitas hidup seseorang. Sehingga waktu demi waktu, menit demi menit, yang kita pakai untuk memikirkan seseorang yang berbuat salah kepada kita nantinya akan habis sehingga tanpa kita sadari kita telah banyak membuang waktu yang seharusnya dipakai untuk menatap masa depan, namun malah dibuang ke masa yang telah lalu. 

So maafkan aku teman, aku tahu banyak melukai hatimu, tapi bukan maksudku begitu. Kalo kisah lalu masih membekas dihatimu, dengan segala kerendahan hati aku mohon maaf kepadamu, karena aku yakin bahwa Allah tak akan memaafkan segala kesalahanku, kecuali dengan keridhoanmu. Apakah kau rela, membuatku membayang-bayang kisah lalu, yang seharusnya menjadi kenangan indah kita di waktu SMA. So maafkan aku teman. Bukankah benak kita hanya bisa diisi oleh satu pikiran setiap kalinya. Sama seperti kita memikirkan alasan untuk memaafkan orang lain, kita akan menarik semua energi dan memberi bahan bakar yang diperlukan oleh energi negatif, dalam bentuk rasa marah, penyesalan dan kepedihan agar tetap menyala. Sehinga aku harus menyiapkan mental untuk tetap menghidupkan energi positif supaya aku tenang dan positif serta menjadi kuat. Karena aku yakin orang lemah tak akan mampu memaafkan orang lain. Sehingga aku juga membutuhkan energi yang kuat untuk menulis hal ini, karena bagiku ini sulit, tapi aku tetap harus menyeberangi jembatan tersebut, karena yang kubutuhkan adalah ketenangan hati. Sehingga aku berharap menjadi orang sukses yang dapat membangun fondasi dari batu yang dilempar orang lain kepadaku. Karena “kebahagiaan” tujuan hidup kita. So maafkan aku teman, 


Aku berharap kepada Allah semoga aku mampu memaafkan kesalahan orang lain, dan mampu menerima setiap kritikan orang lain bagaimanapun pedih dan sakitnya. Sehingga aku terbebas dari beban batin dan menjadi orang bahagia yang mampu menghindari keburukan dengan tidak membalas keburukan dengan keburukan. Sehingga energi kita tidak akan terkuras untuk memikirkan hal-hal yang buruk terhadap dirikita. Bukannkah hati ini menjadi lapang ketika kita mampu memaafkan orang lain dan mengikhlaskannya, bukankah kegelisahan, kepedihan, dan penderitaan yang kita alami akan hilang jika kita mampu merendahkan hati, sehingga kita akan punya banyak energi positif yang bisa  dimanfaatkan untuk menyiapkan masa depan. Sehingga kita kembali antusiasme dan merasa bahagia melewati hari-hari dengan penuh senyuman. 

So bayangkan apa yang terjadi jika hidup kita dipenuhi rasa amarah, jengkel, dan dendam? Bukannkah akan banyak penyakit yang akan datang kepada kita, stroke, jantung dan sebagainya. Bayangkan jika hidup kita terus menerus dibayang-bayang oleh wajah orang yang membenci kita, so kita akan kehabisan banyak energi sehingga kita bisa mematikan energi positif dan segala potensi yang kita miliki. So sudah saatnya kita menjalin kembali silaturahmi dan menjalani kehidupan dengan semangat dan optimis, dengan menjadikan dirikita bermanfaat bagi orang lain, namun bukan bayang-bayang kebencian. Jadi saatnya kita menjalani hari-hari dengan optimis sehingga suatu saat nanti kita bisa bahagia dan sukses bersama. 

Sekali lagi, buat siapapun teman yang pernah tersakiti baik lidah yang tak bertulang ini, sikap bagaikan harimau kelaparan, yang mampu membuat goresan di hati, aku mohon maaf kepada teman-teman semua, semoga teman-teman juga bisa memaafkan diriku. Karena aku hanyalah manusia biasa, yang banyak khilaf dan kekurangan, sehingga sepatutnya diriku sering meminta maaf kalian, agar tiada beban di hati ini. Aku sadar karena masih ada iman di hati ini. Bantu aku untuk selalu mengingatkan jika ada perkataan dan perbuatan ku yang salah. So sekali lagi “MAAFKAN AKU YA TEMAN”



Tidak ada komentar: