Ntah apa yang membuat sel-sel otak-ku
malam ini terkoneksi dengan sangat cepat, membuat jantung seakan berlari bagaikan
derapan kuda yang siap ikut perang. Aku putuskan menonton tv hanya menambah
keruh di hati, ku coba mendengar sule berlawak hanya menambah beban dan sakit
di otak. Melihat ayu tingting bernyanyi emosi jadi tak terkendali dan terobati.
So hari ini hatiku bercampur peluh melihat media yang ada tv, seakan itu
lagi-itu lagi. Sinetron deik-sinetron deik, yang anehnya, malah iklannya lebih
banyak daripada episode sinetronnya sendiri. Gak heran anak kecil pun khatam
semua iklan secara berurutan dibanding Al-Qur’an.
hehe. Karena yang ditonton seharian cuma iklan doang.
Anehnya setiap hari pembunuhan
ada dimana-mana, pemerkosaan sudah jadi hal yang biasa, sedangkan korupsi mulai
dari ikan teri. Semua fakta-fakta telah disampaikan didepan mata, tapi sayangnya
negara yang penduduknya hampir 241 juta jiwa lebih cepat sekali melupakan
hal-hal tersebut. Waktu menjelang pemilu semua orang seakan eforia, memberikan
suara untuk mempertaruhkan nasib mereka kepada wakil rakyatnya. Hanya selembar
kalender dan kain sarung semua orang berduyun-duyun memenuhi lapangan sepak
bola. Nasib dan takdir dijual seharga 10 ribu rupiah bahkan selembar baju kampanye akhirnya membikin lupa. Sehingga rakyat cuma nonton jadi supporter, kasih semangat
jagoannya, walaupun jagoannya ngibul, walaupun dapur nggak ngebul.
Sebenarnya media mempunyai
peranan penting untuk mencerdaskan, tapi faktanya malah membodohi-bodohi
rakyatnya. Coba deh bayangin antara media tv nasional dan swasta kira-kira mana
yang nomor wahid? Coba pikir antara TVRI dan RCTI mana yang ratingnya lebih
tinggi? Pastilah media yang menghambur-hamburkan aurat dan hiburan. Bahkan
anak-anak kecil yang lahir jaman sekarang kayaknya gak kenal dengan media
nasional negeri ini, yaitu TVRI. Tapi kan, itu permintaan pasar, memang betul,
permintaan pasar yang dipesan oleh pemerintah, so untuk apa? supaya kita tidak
banyak memikirkan apa yang terjadi di negeri ini. Padahal hiburan saja yang
terus ditayangkan, ini deik-ini deik, hingga berulang-ulang akhirnya membuat kecenderungan
dan ketagihan. Saat ini media nasional sudah dianggap kolot, dan gak gaul
karena tidak mengikuti trend masa kini. Walaupun kontennya sudah dibikin
menarik, tetap aja imejnya jelek.
Kalo gak ada media, orang juga
gak kenal tuh ayu tingting, tungtung, ya pokoknya huruf-huruf vokallah. He.
Juga Gak ada tuh yang namanya norman kamaru, apalagi Rhoma Irama, yang dijuluki
raja dangdut. Herannya ntah sejak kapan, gelar tersebut diberikan, toh gak ada
ajangnya kan? Semua karena medialah yang terus menampilkan 5 kali sehari,
sehingga sudah kalah dengan minum obat. Korupsi sudah terang-terangan dibeberkan
oleh media yang tidak pro pemerintah, tapi terkadang ada saja muatan unsur
politik yang menampilkan sosok dibaliknya. Wah ketinggian ya bahasanya, tapi
gak pa-pa, sebagai bahan renungan aja! He. Sudah tau akar masalahnya tapi gak
punya pemecahan solusinya, padahal setiap hari begitu banyak fakta yang
dibongkar, namun sayang solusinya gak punya. Akhirnya berita pun gali lubang
tutup lubang. Nah itulah hebatnya media, kita seakan lupa dibuatnya, padahal
masalah yang dulu belum jelas nasibnya, eh masalah baru sudah muncul lagi, besoknya
uda hilang, besoknya baru lagi.
Hiburan dan fakta sekalipun tetap
aja ada unsur politik. Seperti inilah yang namanya dunia politik yang penuh
dengan intrik, cubit sana-cubit sini, kayak orang pacaran kalo gak nyubit gak
asik. Eits, tapi gak boleh ya! ntar ada bab-nya sendiri koq. Seharusnya media harus
memberikan pengetahuan kepada rakyat dan memberikan fakta tanpa rekayasa, tapi
sekarang media suka “alay” dan berlebih-lebihan, ketika demo kedatangan Obama,
tolak liberalisasi migas dsb, yang diberitakan bukannya maslahat yang harus
diperjuangkan, eh malah yang dibahas “macet”nya. Padahal sudah jelas-jelas
kedatangan obama ingin memperkuat kapitalisme di negeri ini. Sudah jelas “penjajah”
koq malah disantunin, haha. Yang jelas, karena mereka takut, jikalau rakyat
tahu dan sadar pentingnya perjuangan tersebut, supaya mereka
berlama-lama bisa menikmati segelintir kekayaan negeri ini untuk pribadi, kemudian membuat berita yang terkadang tidak sesuai apa adanya. Padahal rakyat
sendiri sudah jenuh karena tidak pernah memihak mereka, hanya orang-orang yang
punya “kepentingan” aja, yang bilang “ah itu kan pahlawan bagi negeri ini”, ah
negeri kita kan sedang mau maju, sehingga harus membuka jaringan keluar. Yang jelas
tandain aja tuh wajahnya, berarti ia juga ikut di dalamnya.
Ketika pertumbuhan negeri
dikabarkan naik sekian persen, malah dikatakan maju, padahal kemiskinan
semakin merajalela, kebodohan sudah sangat jelas, kalopun dibilang orang miskin
berkurang, itu juga karena mati sendiri, karena kelaparan, atau karena tabung
gas 3 kg, atau juga gak ada uang sehingga naik ke atas kereta untuk menghemat
1000 atau 2000 rupiah doang. Coba deh bayangin, ada apa di negeri ini? Koq bisa
mau-maunya orang naik ke atas kereta dengan mempertaruhkan nyawa seharga 1000
atau 2000 rupiah. Karena yang
dihitung miskin adalah mereka yang sebenarnya hidup tak manusiawi. Padahal,
orang-orang yang hidup secara tak manusiawi tersebut mungkin saja tak punya tempat tinggal tetap
(mana bisa terbeli sepetak tanah untuk berteduh di malam hari?!). Dan karena
tak tercatat sebagai penduduk resmi suatu wilayah tertentu, otomatis mereka tak
punya KTP dan KK. Saat ada pembagian BLT, mereka yang tak punya KTP dan KK, jadi tidak termasuk menerima bantuan apalagi jaminan kesehatan lebih parah lagi. Alangkah malangnya jadi orang dengan “stempel”
miskin di negeri ini. Tapi terkadang
semua berita sudah diberitakan semua oleh media, tapi lagi-lagi rakyat kita
masih banyak yang lugu, bagaikan pion-pion yang bingung gak bisa mundur dan gak
bisa kabur, menteri, kuda dan benteng meluncur melebihi gerak rajanya. Sedangkan
raja gerak selangkah sambil menyematkan hadiah. Hehe.
Masih sabarkan bacanya, tenang sedikit lagi koq::))!
Padahal dalam dunia Islam, media
sangat penting untuk menyatukan negeri-negeri kaum muslimin serta sebagai media
dakwah ke seluruh umat. Media informasi diperlukan untuk menyampaikan kebenaran
islam, sehingga syariah dijadikan sebagai tolak ukur kehidupan. Media juga bisa
menyampaikan kesalahan-kesalahan pemahaman seperti sekulerisasi, sehingga
rakyat cerdas memilih yang benar ataupun salah. Dan media juga memiliki peranan
sangat penting untuk mempropagandakan kekuatan militer dan pertahanan Daulah
Khilafah kepada masyarakat luar. Dulu tentara-tentara Islam sangat terkenal
hebatnya, sampai perang dunia I, coba bayangkan 14 abad lho tanpa tandingan. Mereka
terkenal “berani mati”, artinya, melakukan yang terbaik, toh kalo mati gak ada takutnya,
kan bisa lebih dekat dengan Allah SWT, berbeda dengan tentara-tentara
negera-negera barat, mereka “takut mati” sehingga itulah kelemahan terbesar
mereka. Ketika PD 2, tentara Jepang yang paling ditakuti dan terkenal tentara
yang “berani mati” sehingga Amerika ketakutan, tapi sayangnya mereka mati
konyol, seperti bunuh diri aja, ya sangat beda dengan Islam. “We are so proud,
saksikan bahwa saya muslim”. Dunia barat sebenarnya punya hutang budi ke negara
daulah, klo gak ya, mana ada tuh pengetahuan sains dan sbg. Gak ada yang
namanya komputer, karena bahasa pemograman kan Cuma dibentuk dua angka 1 dan 0,
nah siapa yang nemukannya? Muslim,,!! So nikmat tuhan mana lagi yang kita dustakan? Ketika
dunia timur sudah terang-benderang, dunia barat masih gelap gulita. Hehe semua
mereka belajar ke negara daulah, perpustakaan bebas, tidur nyenyak, makan
gratis. Apalagi yang kurang coba!
Jadi mengapa kita masih sombong
jika Islam takut tegak kembali, dalam sejarah gak ada tuh Islam menyatukan
wilayah dan mengeruk harta kekayaan negera tersebut, melainkan semua dibebaskan
dari pemerintah yang keji dan dibebaskan dengan kemakmuran, cahaya islam masuk
di setiap penjuru. So gak heran nantinya menguasai seluruh peta dunia, dulu aja
2/3 dunia, InsyaAllah sebentar lagi terbentang seluruh dunia. hari ini fakta
sudah dibeberkan di depan mata, kerusakan dimana-mana, solusi gak punya, jadi
ya Cuma satu yang bisa menyembuhkan semuanya, tidak lain-tidak bukan adalah Islam. Ada
seorang pakar ekonomi barat, maafkan saya, karna lupa namanya, beliau
mengatakan yang dapat memperbaiki masalah modern dunia saat ini, cuma rasul dan Islamnya. So apalagi yang kita tunggu? Masih takut memperjuangkan islam? Hari ini
Indonesia aja, yang masih alergi, tapi diluar sana mereka berkoar-koar SYARIAH
dan KHILAFAH untuk segera diperjuangkan. Tapi ketika diajak berjuang alasannya
sibuklah, gak punya waktu lah, mahasiswa lah, alasan klasik aja yang terus
keluar, pas ditanya IPK nya berapa juga dua koma, so, apanya yang sibuk, toh
gak ada korelasinya sibuk berjuang, gak sempat belajar dsb. Masalahnya NAK ATAU
TAK NAK, kalo NAK seribu daye, kalo TAK NAK seribu daleh.
Hari
ini, sudah saat nya lahir sebuah media yang akan membongkar semua masalah
dengan cepat, tepat dan akurat. Sebuah media
yang mampu memberikan solusi, yang terbukti, dan diridhoi oleh Allah SWT. Masalah
“macet” gampang mah, masalah korupsi apalagi. Namun media Islam juga dapat
menjadi pengontrol dan menasehati para penguasa dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya sesuai syariah. Namun
demikian, ada juga informasi-informasi tertentu yang sangat erat kaitannya dengan
urusan negara, yang tidak dapat dipublikasikan secara bebas. Misalnya,
informasi menyangkut pertahanan dan keamanan, seperti tentang gerak pasukan,
atau berita tentang pemenangan dan
kekalahan. Jenis informasi seperti ini harus dihubungkan secara langsung kepada
Khalifah, sehingga bisa diputuskan mana yang harus dirahasiakan dan mana yang
bisa dipublikasikan So, saatnya kita segera memperjuangkannya bukannya
alergi atau sakit gigi, karena media seperti ini tidak akan muncul, jika tidak
ada Daulah. Secepatnya Daulah Islamiyah tegak, maka semakin cepat Indonesia terselamatkan.
Terima
kasih teman-teman telah membaca artikel ini, semoga ada manfaatnya bagi kita
semua, terutama saya pribadi, mohon maaf jika ada kata-kata yang salah. Nantikan
artikel berikutnya ya teman-teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar