Rabu, 08 Februari 2012

Media : Sarana Pembelajaran atau Pembodohan


Ntah apa yang membuat sel-sel otak-ku malam ini terkoneksi dengan sangat cepat, membuat jantung seakan berlari bagaikan derapan kuda yang siap ikut perang. Aku putuskan menonton tv hanya menambah keruh di hati, ku coba mendengar sule berlawak hanya menambah beban dan sakit di otak. Melihat ayu tingting bernyanyi emosi jadi tak terkendali dan terobati. So hari ini hatiku bercampur peluh melihat media yang ada tv, seakan itu lagi-itu lagi. Sinetron deik-sinetron deik, yang anehnya, malah iklannya lebih banyak daripada episode sinetronnya sendiri. Gak heran anak kecil pun khatam semua iklan secara berurutan dibanding  Al-Qur’an. hehe. Karena yang ditonton seharian cuma iklan doang.

Anehnya setiap hari pembunuhan ada dimana-mana, pemerkosaan sudah jadi hal yang biasa, sedangkan korupsi mulai dari ikan teri. Semua fakta-fakta telah disampaikan didepan mata, tapi sayangnya negara yang penduduknya hampir 241 juta jiwa lebih cepat sekali melupakan hal-hal tersebut. Waktu menjelang pemilu semua orang seakan eforia, memberikan suara untuk mempertaruhkan nasib mereka kepada wakil rakyatnya. Hanya selembar kalender dan kain sarung semua orang berduyun-duyun memenuhi lapangan sepak bola. Nasib dan takdir dijual seharga 10 ribu rupiah bahkan selembar baju kampanye akhirnya membikin lupa. Sehingga rakyat cuma nonton jadi supporter, kasih semangat jagoannya, walaupun jagoannya ngibul, walaupun dapur nggak ngebul.

Sebenarnya media mempunyai peranan penting untuk mencerdaskan, tapi faktanya malah membodohi-bodohi rakyatnya. Coba deh bayangin antara media tv nasional dan swasta kira-kira mana yang nomor wahid? Coba pikir antara TVRI dan RCTI mana yang ratingnya lebih tinggi? Pastilah media yang menghambur-hamburkan aurat dan hiburan. Bahkan anak-anak kecil yang lahir jaman sekarang kayaknya gak kenal dengan media nasional negeri ini, yaitu TVRI. Tapi kan, itu permintaan pasar, memang betul, permintaan pasar yang dipesan oleh pemerintah, so untuk apa? supaya kita tidak banyak memikirkan apa yang terjadi di negeri ini. Padahal hiburan saja yang terus ditayangkan, ini deik-ini deik, hingga berulang-ulang akhirnya membuat kecenderungan dan ketagihan. Saat ini media nasional sudah dianggap kolot, dan gak gaul karena tidak mengikuti trend masa kini. Walaupun kontennya sudah dibikin menarik, tetap aja imejnya jelek. 

Kalo gak ada media, orang juga gak kenal tuh ayu tingting, tungtung, ya pokoknya huruf-huruf vokallah. He. Juga Gak ada tuh yang namanya norman kamaru, apalagi Rhoma Irama, yang dijuluki raja dangdut. Herannya ntah sejak kapan, gelar tersebut diberikan, toh gak ada ajangnya kan? Semua karena medialah yang terus menampilkan 5 kali sehari, sehingga sudah kalah dengan minum obat. Korupsi sudah terang-terangan dibeberkan oleh media yang tidak pro pemerintah, tapi terkadang ada saja muatan unsur politik yang menampilkan sosok dibaliknya. Wah ketinggian ya bahasanya, tapi gak pa-pa, sebagai bahan renungan aja! He. Sudah tau akar masalahnya tapi gak punya pemecahan solusinya, padahal setiap hari begitu banyak fakta yang dibongkar, namun sayang solusinya gak punya. Akhirnya berita pun gali lubang tutup lubang. Nah itulah hebatnya media, kita seakan lupa dibuatnya, padahal masalah yang dulu belum jelas nasibnya, eh masalah baru sudah muncul lagi, besoknya uda hilang, besoknya baru lagi. 

Hiburan dan fakta sekalipun tetap aja ada unsur politik. Seperti inilah yang namanya dunia politik yang penuh dengan intrik, cubit sana-cubit sini, kayak orang pacaran kalo gak nyubit gak asik. Eits, tapi gak boleh ya! ntar ada bab-nya sendiri koq. Seharusnya media harus memberikan pengetahuan kepada rakyat dan memberikan fakta tanpa rekayasa, tapi sekarang media suka “alay” dan berlebih-lebihan, ketika demo kedatangan Obama, tolak liberalisasi migas dsb, yang diberitakan bukannya maslahat yang harus diperjuangkan, eh malah yang dibahas “macet”nya. Padahal sudah jelas-jelas kedatangan obama ingin memperkuat kapitalisme di negeri ini. Sudah jelas “penjajah” koq malah disantunin, haha. Yang jelas, karena mereka takut, jikalau rakyat tahu dan sadar pentingnya perjuangan tersebut, supaya mereka berlama-lama bisa menikmati segelintir kekayaan negeri ini untuk pribadi, kemudian membuat berita yang terkadang tidak sesuai apa adanya. Padahal rakyat sendiri sudah jenuh karena tidak pernah memihak mereka, hanya orang-orang yang punya “kepentingan” aja, yang bilang “ah itu kan pahlawan bagi negeri ini”, ah negeri kita kan sedang mau maju, sehingga harus membuka jaringan keluar. Yang jelas tandain aja tuh wajahnya, berarti ia juga ikut di dalamnya. 

Ketika pertumbuhan negeri dikabarkan naik sekian persen, malah dikatakan maju, padahal kemiskinan semakin merajalela, kebodohan sudah sangat jelas, kalopun dibilang orang miskin berkurang, itu juga karena mati sendiri, karena kelaparan, atau karena tabung gas 3 kg, atau juga gak ada uang sehingga naik ke atas kereta untuk menghemat 1000 atau 2000 rupiah doang. Coba deh bayangin, ada apa di negeri ini? Koq bisa mau-maunya orang naik ke atas kereta dengan mempertaruhkan nyawa seharga 1000 atau 2000 rupiah. Karena yang dihitung miskin adalah mereka yang sebenarnya hidup tak manusiawi. Padahal, orang-orang yang hidup secara tak manusiawi tersebut mungkin saja tak punya tempat tinggal tetap (mana bisa terbeli sepetak tanah untuk berteduh di malam hari?!). Dan karena tak tercatat sebagai penduduk resmi suatu wilayah tertentu, otomatis mereka tak punya KTP dan KK. Saat ada pembagian BLT, mereka yang tak punya KTP dan KK, jadi tidak termasuk menerima bantuan apalagi jaminan kesehatan lebih parah lagi. Alangkah malangnya jadi orang dengan “stempel” miskin di negeri ini. Tapi terkadang semua berita sudah diberitakan semua oleh media, tapi lagi-lagi rakyat kita masih banyak yang lugu, bagaikan pion-pion yang bingung gak bisa mundur dan gak bisa kabur, menteri, kuda dan benteng meluncur melebihi gerak rajanya. Sedangkan raja gerak selangkah sambil menyematkan hadiah. Hehe.

Masih sabarkan bacanya, tenang sedikit lagi koq::))!

Padahal dalam dunia Islam, media sangat penting untuk menyatukan negeri-negeri kaum muslimin serta sebagai media dakwah ke seluruh umat. Media informasi diperlukan untuk menyampaikan kebenaran islam, sehingga syariah dijadikan sebagai tolak ukur kehidupan. Media juga bisa menyampaikan kesalahan-kesalahan pemahaman seperti sekulerisasi, sehingga rakyat cerdas memilih yang benar ataupun salah. Dan media juga memiliki peranan sangat penting untuk mempropagandakan kekuatan militer dan pertahanan Daulah Khilafah kepada masyarakat luar. Dulu tentara-tentara Islam sangat terkenal hebatnya, sampai perang dunia I, coba bayangkan 14 abad lho tanpa tandingan. Mereka terkenal “berani mati”, artinya, melakukan yang terbaik, toh kalo mati gak ada takutnya, kan bisa lebih dekat dengan Allah SWT, berbeda dengan tentara-tentara negera-negera barat, mereka “takut mati” sehingga itulah kelemahan terbesar mereka. Ketika PD 2, tentara Jepang yang paling ditakuti dan terkenal tentara yang “berani mati” sehingga Amerika ketakutan, tapi sayangnya mereka mati konyol, seperti bunuh diri aja, ya sangat beda dengan Islam. “We are so proud, saksikan bahwa saya muslim”. Dunia barat sebenarnya punya hutang budi ke negara daulah, klo gak ya, mana ada tuh pengetahuan sains dan sbg. Gak ada yang namanya komputer, karena bahasa pemograman kan Cuma dibentuk dua angka 1 dan 0, nah siapa yang nemukannya? Muslim,,!! So nikmat tuhan mana lagi yang kita dustakan? Ketika dunia timur sudah terang-benderang, dunia barat masih gelap gulita. Hehe semua mereka belajar ke negara daulah, perpustakaan bebas, tidur nyenyak, makan gratis. Apalagi yang kurang coba!

Jadi mengapa kita masih sombong jika Islam takut tegak kembali, dalam sejarah gak ada tuh Islam menyatukan wilayah dan mengeruk harta kekayaan negera tersebut, melainkan semua dibebaskan dari pemerintah yang keji dan dibebaskan dengan kemakmuran, cahaya islam masuk di setiap penjuru. So gak heran nantinya menguasai seluruh peta dunia, dulu aja 2/3 dunia, InsyaAllah sebentar lagi terbentang seluruh dunia. hari ini fakta sudah dibeberkan di depan mata, kerusakan dimana-mana, solusi gak punya, jadi ya Cuma satu yang bisa menyembuhkan semuanya, tidak lain-tidak bukan adalah Islam. Ada seorang pakar ekonomi barat, maafkan saya, karna lupa namanya, beliau mengatakan yang dapat memperbaiki masalah modern dunia saat ini, cuma rasul dan Islamnya. So apalagi yang kita tunggu? Masih takut memperjuangkan islam? Hari ini Indonesia aja, yang masih alergi, tapi diluar sana mereka berkoar-koar SYARIAH dan KHILAFAH untuk segera diperjuangkan. Tapi ketika diajak berjuang alasannya sibuklah, gak punya waktu lah, mahasiswa lah, alasan klasik aja yang terus keluar, pas ditanya IPK nya berapa juga dua koma, so, apanya yang sibuk, toh gak ada korelasinya sibuk berjuang, gak sempat belajar dsb. Masalahnya NAK ATAU TAK NAK, kalo NAK seribu daye, kalo TAK NAK seribu daleh.

Hari ini, sudah saat nya lahir sebuah media yang akan membongkar semua masalah dengan cepat, tepat dan akurat.  Sebuah media yang mampu memberikan solusi, yang terbukti, dan diridhoi oleh Allah SWT. Masalah “macet” gampang mah, masalah korupsi apalagi. Namun media Islam juga dapat menjadi pengontrol dan menasehati para penguasa dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai syariah. Namun demikian, ada juga informasi-informasi tertentu yang sangat erat kaitannya dengan urusan negara, yang tidak dapat dipublikasikan secara bebas. Misalnya, informasi menyangkut pertahanan dan keamanan, seperti tentang gerak pasukan, atau berita tentang  pemenangan dan kekalahan. Jenis informasi seperti ini harus dihubungkan secara langsung kepada Khalifah, sehingga bisa diputuskan mana yang harus dirahasiakan dan mana yang bisa dipublikasikan So, saatnya kita segera memperjuangkannya bukannya alergi atau sakit gigi, karena media seperti ini tidak akan muncul, jika tidak ada Daulah. Secepatnya Daulah Islamiyah tegak, maka semakin cepat Indonesia terselamatkan.

Terima kasih teman-teman telah membaca artikel ini, semoga ada manfaatnya bagi kita semua, terutama saya pribadi, mohon maaf jika ada kata-kata yang salah. Nantikan artikel berikutnya ya teman-teman.

Tidak ada komentar: