Rabu, 15 Februari 2012

MERANTAULAH!



“Pergilah merantau maka kan kau dapati pengganti dari kerabat dan teman-teman yang baru, berlelah-lelahlah, maka manisnya akan terasa setelah lelah berjuang”
 
“ANAK KOS”

Sampai hari ini aku tak bisa membayangkan kalimat diatas benar-benar aku alami. Tak ada hujan, tak ada badai, serasa bagaikan mimpi di siang hari ternyata peran inilah yang sedang aku jalani. Walau cita-cita dan harapan hanya sekedar di kampung halaman, serta mencari ilmu di tanah kelahiran, membuatku tak pernah membayangkan bagaimana dunia luar. Seperti halnya kebanyakan teman-temanku yang lain, pergi merantau ke negeri orang adalah suatu hal yang jauh diluar jangkauan, bahkan tak pernah terpikirkan mencari ilmu di negeri seberang.

Dulu tidak ada yang paling indah, kecuali berdiri dengan jas putih dan stetoskope tergantung di leher. Inilah Cita-cita ku dulu, dan Alhamdulillah cita-cita ini pun telah terwujud. Cita-cita yang aku yakini semua orang menginginkannya. Tapi sayang cita-cita itu hanya sebatas pengumuman dikoran bahwa namaku lulus dan tertulis disana. Lantas hari ini begitu mudah bagiku meninggalkan harapan dan cita-citaku yang lalu. Sedangkan begitu banyak teman-temanku yang menginginkan hal tersebut. Iya aku lulus di kedokteran gigi universitas Syiah Kuala, tapi sebelum pengumuman itu ditayangkan, aku juga lulus di ITT Telkom jurusan Teknik Industri.

Inilah jalan kehidupan, terkadang semua akan berbeda dengan apa yang kita pilih. Lantas apakah aku menyesal? Jawabannya tidak sama sekali. Dulu ketika aku kecil, aku sudah dibiasakan oleh ibu untuk selalu mencintai apa yang dikerjakan. Kini aku menjalani pendidikan di STT PLN Jakarta. Awalnya bagiku “Jakarta” hanya ada di sinetron-sinetron, bahkan bagaikan mimpi di siang hari bisa pergi kesana, yang pastinya takkan pernah ada di memori otakku. Biarlah aku cuma bisa melihatnya di tv, tapi memiliki keinginan kesana tidak ada sama sekali. Setelah tamat SMA, pikiranku bagaimana cara melanjutkan perndidikan di universitas syiah kuala, dan mewujudkan cita-citaku tersebut. Tapi ternyata Allah memiliki kehendak yang berbeda. 

Awal ceritanya ketika abangku sering duduk didepan layar komputer sambil melihat pengumuman lowongan kerja di internet, padahal abangku telah menjadi pegawai pemerintahan saat itu. Tapi ada hal menarik disaat ia mengotak-ngatik sambil menatap tabung berlayar hitam tersebut. Ternyata ada sebuah pengumuman bagi lulusan SMA, dimana jika telah menjalani pendidikan selama 3 tahun maka langsung diterima menjadi pegawai perusahaan tersebut. Akhirnya Ia menawari kepadaku yang kebetulan juga baru tamat sekolah menengah atas. Karena Ia tahu mencari pekerjaan saat ini susah, sedangkan menjadi seorang dokter juga tidak menjamin pekerjaan, namun beda lagi ceritanya kalau punya uang banyak, sehingga bisa meneruskan pendidikan hingga buka praktek, tapi biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit dibandingkan dengan kondisi keuangan keluarga kami. Tapi menjadi seorang dokter tetap menarik bagiku. 

Tidak salah untuk mencoba, hatiku berkata. Akhirnya kuputuskan untuk membeli formulir, dan kuisi  semua data-data tentang pribadi, termasuk jurusannya pun sudah aku tentukan. Semua persyaratan telah selesai dimasukkan, kini tinggal persiapan dan menunggu tanggal ujian. Tepatnya malam hari,  aku kembali duduk di depan tabung berlayar hitam, sambil menunggu pengumuman di website www.pln.co.id. Scroll mouse pun aku gerakkan perlahan-lahan, supaya tidak ada yang meleset satupun, ternyata “Ali Akbar” tertulis di pengumuman tersebut, aku sesuaikan dengan nomor ujian, akhirnya tepat itu adalah namaku. Alhamdulillah ternyata aku lulus, namun masih banyak tahap yang harus dilewati sampai tahap akhir. Abangku memberiku selamat, tapi bukan untuk berpuas dulu, sebab ada tes berikutnya yang harus dipersiapkan. Tapi ujian tahap berikutnya bukanlah didaerah asalku, melainkan di kota Medan sehingga kami harus bergabung dengan lulusan dari Medan. Saat itu yang lulus dari daerahku hanyalah 27 orang. Ketika pengumuman tahap berikutnya tiba, yang lulus tinggallah 8 orang, dan termasuk diriku. Namun pada saat perkuliahan yang mendaftar ulang hanyalah 4 orang. 

Teringat dari Pesan Imam asy syafi'i, “orang yang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman. Tinggalkan kampungmu dan merantaulah ke negeri orang. Pergilah merantau maka kan kau dapati pengganti dari kerabat dan teman-teman yang baru, berlelah-lelahlah, maka manisnya akan terasa setelah lelah berjuang. Sungguh air kan mjd rusak jika ia diam dan tertahan, dan menjadi jernih jika ia mengalir, bila tidak maka ia akan jadi keruh dan singa tak akan memangsa, jika ia tak tinggalkan sarang, anak panah pun tak kan mengena jika tak mau meninggalkan busur. Matahari jika tak tinggalkan peredaraannya, maka membuat manusia menjadi bosan dan enggan memandang. emas dan tanah tak ada bedanya jika bercampur dan masih di tempat yang sama, kayu gaharu tak ubahnya dgn kayu biasa jika masih di dalam hutan, kecuali dipisahkan dan dibawa ke pasar, maka akn direbut para hartawan. Bagi laki-laki sepantasnya menimba imu dgn bersungguh-sungguh dan berpisah dari tanah kelahiran sehingga menjadi berguna”. 

Hingga malam itu semua keluarga berkumpul untuk membahas hal ini. Akhirnya diputuskanlah bahwa aku akan melanjutkan pendidikan ke Jakarta. Yang jelas aku tak pernah tahu angkot disana bagaimana? makanannya seperti apa? Apakah aku akan punya banyak teman atau tidak, apakah lingkungannya baik atau tidak? Pastinya aku tidak pernah tahu, hanya doa yang terus ku panjatkan kepada Allah, semoga pilihan aku adalah tepat. Alhamdulillah tahun pertama di Jakarta, aku jalani dengan baik, walau awalnya aku sering sakit-sakitan dan hanya menambah kecemasan keluarga. Tapi biarlah karena ini jalan kehidupan, dengan kekuatan yang besar menjadikan masalah bagaikan kerikil yang sedikit menghambat diri, namun bukan membuat kita berhenti dan menyerah. Hehe. Pada tahun pertama aku mendapatkan IPK yang cukup lumayan, sehingga sedikit menghilangkan kecemasan keluargaku, terutama orang tua dan abangku, karena ia lah yang memberitahukan jalan hingga aku sampai disini. Setiap datang telepon darinya, ia hanya mengatakan kepadaku, apakah aku menyesal? Apakah aku juga senang menjalani ini semua? Maka jawabanku dengan semangat dan luar biasa, aku katakan bahwa aku sangat bahagia, karena bukan hanya ilmu baru, pengalaman baru, bahkan banyak menemukan orang-orang sukses kualitas nasional, yang membuat diriku semakin terpacu. Tapi kalaulah aku disana mungkin lain lagi ceritanya. Hehe. 

Ternyata bener dulu yang aku sangkakan semua telah terjawab sudah. Kini aku jumpai pengalaman yang baru, guru baru, teman baru, dan yang paling berharga adalah ilmu baru. Sehingga aku harus berusaha dan terus bergerak untuk mencapai cita-cita, karena jumutnya seseorang akibat ia berdiam diri, bagaikan air yang tak mengalir, sehingga menimbulkan kejenuhan karena tidak keluar dari comfort zone.

Ketika sampai di tanah perantauan, yang aku sadari bahwa diriku tidak boleh mengecewakan kedua orang tua, aku harus berikan yang terbaik, karena nantinya akan begitu banyak yang orang tuaku harus keluarkan untuk kehidupan disini. Sehingga aku tidak boleh main-main sekedar kebahagiaan ku semata. Aku berusaha melakukan apa yang teman-teman tidak lakukan, dan aku tak akan melakukan apa yang kebanyakan mereka lakukan. Bingung! Oke gini maksudnya, ketika teman-temanku yang lain terus membuang-buang waktu mereka, bermain dan sebagainya, sebaliknya aku harus fokus dan terus berusaha untuk mendapatkan yang aku harapkan. Dulu aku ingat banget, ketika menjelang ujian, teman-temanku terus bermain-main, nah saat ujian tiba, rapor merah yang mereka dapat, sehingga ketika musim liburan, yang seharusnya dipakai untuk liburan, eh malah dipakai untuk belajar lagi. kemana aja waktu kemarin mas? Akhirnya ini juga yang membuat diriku bisa membagi ilmu yang telah aku pelajari ke teman-teman, sehingga banyak teman-teman bilang, kalo belajar sma diriku, terasa sangat jelas, dan mudah dipahami, hehe narsis deh. haha sori bercanda. Yang jelas ketika aku membagi ilmu kepada teman-teman bukan membuat mereka sekedar bisa menjawab, tapi harus bisa memahami pola mengerjakan soal dalam segala bentuk.


Pastinya aku telah meluangkan waktu dan tenaga untuk fokus dan konsen disana, sehingga pertanyaannya, kemanakah waktu yang mereka beli disaat aku harus fokus untuk mempelajarinya. Tapi biarlah, yang jelas aku melakukannya dengan senang hati dan nyaman. Karena habits diwaktu kecil, jadi ringan aja tuh, senang aja bawaannya.hehe. sebenarnya aku juga paling seneng tuh jalan-jalan, apalagi keluar kota, wuuuh nomor satu deh semangatnya, bagiku liburan tetap sangatlah penting untuk meringankan semua kepenatan kita. Kalau tidak, semua akan menjadi jenuh dan tidak ada “passion” untuk menjalaninya.
Tapi yang jelas, aku melakukan ini semua karena satu hal yaitu karena aku cuma seorang mahasiswa, sehingga aku sadar bahwa cuma nilailah yang bisa ku berikan kepada orang tua. Dulu aku mendapat tawaran untuk mengajar homeschooling, bahkan sallary-nya tidak tanggung-tanggung menurutku, sebesar Rp. 2.500.000,- perbulannya. Namun sayang aku tidak bisa menerima karena banyaknya jadwal kuliah dan praktikum yang bentrok dengan jam ngajar tersebut. Akhirnya tawaran tersebut aku tolak. Tapi biarlah, toh sebentar lagi pertanyaan itu juga terjawab sendiri. Hehe. Aku pernah bilang ke ibuku saat itu, “mak cuma nilai yang bisa ali berikan, ali belum bisa beri uang kepada mamak”, tapi dengan kalimat yang sangat motivasi bagiku, dan ibuku menjawab “itu sudah membuat mamak sangat senang, toh nanti juga Ali bakal kasih mamak uang juga” hehe, Amien. "InsyaAllah jawaban itu akan segera terwujud heheh doain ya mak". Yang jelas aku akan terus berusaha, ya saat ini cuma bisa belajar terus belajar. Hingga ada seorang temanku, li “PLN itu bukan hanya perusahaan listrik, tapi banyak lainnya yaitu SDM juga dikembangkan disana” hehe aku senang dengernya, tapi ada yang sedikit menyentil, terkadang kita sering main-main, belajar juga pas-pasan, lantas kemampuan lain yang kita miliki apa? Aku juga heran. Tapi biarlah.

Yang jelas aku bukanlah orang pintar, toh aku seorang yang bodoh, sehingga tidak ada jalan lain, ya aku harus belajar, hehe. Dulu aku ingat, Ibuku selalu menyuruhku untuk selalu membaca walau 1 halaman, barulah ia mengizinkan aku bermain. Padahal berat hati ini mendengar sorak-sorai anak-anak sebayaku bermain di muka halaman, sambil kejar-kejaran. Bahkan Aku tidak boleh pergi bermain bersama mereka kecuali sudah tidur siang, hehe, hingga sekarang tidur siang masih menjadi kebiasaan. Menurutku belajar bukan sekedar dari buku tapi juga dari pengalaman serta apa yang kita lihat sehari-hari. Dan aku yakini, pengalaman juga tidak mesti dari pengalaman kita sendiri, tapi juga bisa dari pengalaman orang lain. Sehingga kita tidak perlu jatuh di lubang yang sama, hanya karena kita telah mengetahui bahwa di depan ada lubang,  jadi kita bisa lebih cepat antisipasinya, hehe. Lantas kalo kita gak punya pengalaman, kita harus berhenti untuk berjuang. Menurutku malah tidak ada pengalamanlah kita mestinya terus berjuang, bukan cuma diam dan menunggu hasil.  

So, aku suka belajar hanya sekaligus menjadikan habits saja, saat ini menjalani aktivitas sebagai mahasiswa cuma bisa belajar, ketika sudah bekerja ya kerja keras, sehingga semangat itu terus ada sampai di pekerjaan. Luruskan niatnya, naikkan cita-citanya. Heheh! Yang jelas aku banyak mendapatkan ilmu disini, apalagi dari orang-orang sukses yang pernah aku jumpai. Dan hampir semua orang yang sukses, ternyata mereka sering membaca. Akhirnya aku bertanya kepada salah seorang tersebut. Kebetulan di rumahnya ada sebuah buku yang lumayan tebal, tapi ditengah-tengah terselip pembatas halaman, ternyata sudah begitu banyak yang ia dibaca. Kemudian aku bertanya kepada orang tersebut, “wah bukunya tebal banget mas?, iyaa baru setengah saya baca”. Tapi ada 1 kalimat tambahan yang terlontar dari mulutnya, saya wajibkan diri saya untuk membaca minimal 70 halaman dan maksimal 100 halaman per hari.” Padahal aku sendiri tidak pernah menyelesaikan apa yang telah aku baca, hingga akhirnya inilah yang membuat diriku dan memaksakan diri membaca min 70 hal. dan maksimal 100 halaman, dan alhamdulillah kebiasaan itu masih terus berlangsung sampai hari ini. 

Tapi tidak sampai disitu, ada satu buku yang membuat diriku sadar, bahwa kita adalah makhluk yang sangat lemah dan bahkan kecil dibandingkan alam semesta yang begitu luas, sehingga jikalaulah dirikita tidak ada sekalipun, kayaknya juga tidak berpengaruh pada alam ini. Tapi yang aku yakin bahwa tuhan memiliki tujuan mengapa diriku hadir di dunia, yang tentunya semua untuk keseimbangan dunia. Dalam buku itu mengatakan, ya kalau ingin engkau dikenal dunia, maka menulislah, karena tulisan itu akan terus ada. Sehingga muncullah suatu semangat yang baru, bahwa aku juga harus menulis. Dan aku menargetkan untuk mengepost tulisan di blog setiap minggu. Tapi terget itu belumlah jelas, sehingga aku harus memperjelas target tersebut dengan “aku harus sudah mengepost artikel/tulisan setiap malam minggu".  

Mohon do’anya ya teman-teman bila ada khilaf dan silap, karena aku tahu bahwa suatu saat nanti aku akan “down” dan malas juga, sehingga tidak ada lain untuk selalu mengajak teman-teman untuk saling mengingatkan. So terima kasih ya telah membaca tulisan semoga ada manfaat yang bisa diambil :)

1 komentar:

anne mengatakan...

artikelnya mantap sekaliiii