Senin, 13 Februari 2012

CINTA ITU TUNA NETRA



Ntah kenapa malam ini aku rindu bermain di kampung siswa, setelah 3 harian gak sempat menulis karena berlibur ke ciwidey bandung. Hasrat setelah berlelah-lelah, maka tinggal menikmati masa-masa kesenangan. Ujian semesteran yang telah dilewati, yang penuh perjuangan, hapalan dan hitungan membuat memori di otak sudah tak sanggup lagi menampung semua bacaan. Hehe, lucunya ketika ujian, kamarku bagaikan habis terkena bom horishima dan nagasaki, kertas dimana-mana, buku berserak ntah kemana, hehe bener juga kata orang “mahasiswa” itu memiliki insting yang tinggi, ya iyalah secara “belajarnya ketika ujian aja”. Ketika hari-hari biasa, sibuk gak jelas ntah kemana. 

Kebetulan semester ini semua mata kuliah telah habis diambil, sehingga ujian kali ini harus diperjuangkan dengan sebaik mungkin. Dan alhamdulillah semuanya telah dijalani dengan lancar, sekarang tinggal tawakkal dan berserah diri. Hehe! Usaha sudah, tinggal ikhtiar aja.

Tapi kali ini judul diatas bukanlah mengenang hari “pink” sedunia, bukannya juga untuk meramaikan tanggal “hari impoten” bagi orang amerika. Yang jelas aku ingin kembali menuangkan apa yang ada dikepala dan menulis apa yang dirasakan. Karena judul diatas menjadi daya tarik sendiri bagi setiap yang bernyawa, jika tanpanya maka tiada kehidupan di dunia, tiada nikmat air yang mengalirkan kesuburan, tiada rasa angin yang membawa kabar gembira, tiada syukur atas hujan yang membawa keberkahan. Bahkan kita pun tak kan lahir ke dunia jika tanpanya. Itulah cinta yang tak kan pernah usang, tak kan pernah luntur di makan zaman, tak kan pernah habis untuk dibicarakan, jutaan lagu tercipta karena cinta, literan air mata mampu mengalahkan dalamnya samudera, ribuan puisi indah lahir tercipta, bahkan milyaran orang pun bunuh diri hanya gara-gara satu kata, yaitu cinta. Dulu film yang terkenal berembel cinta “AADC” ono opo karo tresno yang kata orang cinta tak bermata sehingga disebut buta. 

Apa iya cinta itu buta? Kalolah buta kenapa gak cinta sama bebek aja sekalian (negeri bebek), kan buta gak ngelihat. Dulu sering banget kita dengar, itu tuh lakinya ganteng, tapi ceweknya standard aja, nah ada lagi tuh, ceweknya kaya, tapi cowoknya kere. So, apa ini yang disebut dengan cinta buta? “Love is Blind” yang sering kita dengar dari orang-orang yang sedang jatuh cinta. cinta bagi yang sedang kasmaran bagaikan seorang yang memiliki mata tapi tak bisa melihat, karena yang terlihat mata hanyalah sang kekasih semata, yang membuatnya siap melakukan apa saja untuk mendapatkan cinta walaupun mengorbankan harta dan nyawa sekalipun. Cinta terkadang membuat seorang yang bodoh menjadi pintar, bayangkan ketika ada seorang gak bisa matematika, eh saat ada sang doi, kaki ini terasa ringan bagaikan kapas, sehingga ia berani maju mengerjakan soal sesulit apapun. Hehe. 

Ada sesuatu yang membuatku sedih ketika jalan-jalan di suasana malam di kota jakarta, ketika melihat anak-anak gaul keluar masuk tempat-tempat hiburan, dengan mobil-mobil mewah parkir dimana-mana, wanita berpaha mengisi setiap sudut ruang kota. Mereka lupa padahal mobil juga punya orang tuanya, lupa padahal yang punya babenya. Ketika sms berkali-kali, dan telpon berjam-jam sama si do’i hingga membuat panas telinga, eh malah lupa kalo pulsa masih pake duit orang tua. Terkadang kita gak fair senang-senang serta hura-hura diatas keringat dan peluh orang tua. Yang siang malam memikirkan kita, eh malah kita pakai semua sarana bukan malah berbakti kepadanya, tapi malah lupa dan berbakti kepada si do’i. So apakah kita masih mau menaruhkan masa depan kita, keluarga kita hanya kepada dirinya, toh ia sendiri sudah tidak berbakti kepada orang tua. 

Tapi kalo dipikir-pikir ada bener juga bahwa cinta itu buta, buta karena gak bisa merasakan seberapa perihnya pengorbanan orang tua, betapa banyak keringat yang sudah tercurah untuk kita, supaya kita mampu berdiri tegak mandiri diatas kaki ini. Keringat diperas, tulang dibanting hanya untuk diri kita, lantas kita malah bersenang-senang dan lupa, serta bangga menampakkan kekayaan orang tua di mata si do’i, menampakkan kekayaan orang tua, supaya dipanggil anak babe. Lantas bangga? Padahal dunia ini tidak seperti membalikkan telapak tangan, semua perih dilewati oleh orang tua, kita mah tinggal minta aja, terus menghambur-hamburkannya. So benar kayaknya cinta itu buta, bayangkan saja terkadang membuat kita kehilangan rasa iba melihat anak-anak kecil di pinggir jalan, tidak peduli dengan pengemis yang makan aja belum tentu seharian. 

Lucunya, ada beberapa tips di internet yang pernah aku baca untuk seorang yang mempunyai hubungan tanpa ikatan yang syar’i, yaitu tips bagaimana memberi hadiah bagi seorang yang jatuh cinta yang telah menjalin hubungan selama seminggu hingga 1 bulan, kemudian 3 bulan keatas, 1 tahun, bahkan hubungan 3 tahun ke atas agar semakin langgeng. Tapi masalahnya apa yakin dia jodoh kita? Apa kamu sudah yakin memberikan semua tanggung jawab kepadanya, hingga 3 tahun lebih berhubungan tanpa berani mengarah yang lebih serius serta hanya janji-jani belaka, so masih mau mempertahankan? ya sebaiknya gak usah aja deh, buang-buang waktu, buang-buang energi, buang-buang duit yang didapat dari orang tua. so stop aja deh, kasihan orang tua kita.


Inilah cinta yang menjadi buta karena mengesampingkan logika, padahal Allah memberikan kita akal, supaya berfikir apakah ini laki-laki baik atau tidak, wanita yang baik atau tidak, so mencintai tanpa logika berarti tidak mensyukuri akal yang Allah titipkan kepada kita. Mungkin saja benar kalo cinta itu buta, tapi yang pasti cinta itu tidak tuli, karena Allah memberikan kita telinga, untuk dapat mendengar isyarat Allah, diberi akal untuk insting apa laki-laki itu sholeh atau tidak, wanita itu sholihah atau tidak. Yang jelas apakah dia mampu membawa kita untuk mendapatkan tiket surgaNya Allah, hanya kita yang bisa memilih. Lagi-lagi hidup adalah pilihan. 

Lantas dalam keluarga, sang ibu tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang ke anak-anaknya, so apakah ibu buta memberikan kasih sayang dan cintanya kepada sang anak? Apakah ada seorang ibu yang tujuh hari tujuh malam tidak makan hanya karena cemburu dengan anaknya yang menikah dengan seorang teman SMA-nya, atau adakah ayah yang cemburu kepada sang istri, hanya karena memberikan kasih sayang dan cintanya kepada sang anak? Jawabannya tidak pernah, karena inilah cinta  yang sesungguhnya, namun kitalah yang salah mengartikan cinta, dan salah menempatkan cinta yang sesungguhnya. Seorang ayah sebagai kepala keluarga selalu berusaha keras untuk memberikan nafkah keluarga, kepada istri dan anak-anaknya supaya tetap berlangsungnya kehidupan, tapi bukan berarti nafkah adalah segala-galanya, tapi wujud tanggung jawablah yang harus diberikan kepada seorang ayah. Karena inilah cinta, kalo tidak cinta bisa dibeli dong dengan uang. Lantas kita malah membagi cinta keluarga kepada sesuatu yang belum tentu sepenuh hati mencintai kita, tak ada yang pernah tahu kalo dia adalah jodoh kita. 

Jadi apapun yang dilakukan suami dalam keluarga tujuannya adalah untuk mendapatkan cintanya ilahi. Karena Dia-lah sang pemilik cinta, yang memberikan kita kasih sayang tanpa membedak-bedakan setiap makhluk-Nya, kalolah Allah memberikan udara hanya untuk berkulit putih saja, wah kasihan dong bagi teman-teman yang bernasip sama dengan ku yang memiliki kulit agak gelap. Heheh so, sudah saatnya kita meletakkan cinta kita kepada sang pemilik cinta, karena cinta kepada manusia hanyalah sementara, namun kalo kita mencintai apa yang Allah cintai, InsyaAllah kita akan bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Maka cintailah sesama, semata-mata hanya karena Allah, tidak ada yang paling indah nikmat kecuali berhadap-hadapan dan berbincang-bincang dengan pemilik cinta di surga. Amienn ya Allah

Terima kasih teman-teman telah membaca, semoga ada manfaatnya bagi kita semua, jika ada kritik dan saran bisa langsung di komen aja:) so nantikan tulisan saya berikutnya ya? Mungkin kali ini kita akan banyak membahas tentang “cinta”

Tidak ada komentar: