Ntah kenapa malam ini aku rindu bermain di kampung siswa, setelah 3 harian gak sempat menulis karena berlibur ke ciwidey bandung. Hasrat setelah berlelah-lelah, maka tinggal menikmati masa-masa kesenangan. Ujian semesteran yang telah dilewati, yang penuh perjuangan, hapalan dan hitungan membuat memori di otak sudah tak sanggup lagi menampung semua bacaan. Hehe, lucunya ketika ujian, kamarku bagaikan habis terkena bom horishima dan nagasaki, kertas dimana-mana, buku berserak ntah kemana, hehe bener juga kata orang “mahasiswa” itu memiliki insting yang tinggi, ya iyalah secara “belajarnya ketika ujian aja”. Ketika hari-hari biasa, sibuk gak jelas ntah kemana.
Kebetulan semester ini semua mata
kuliah telah habis diambil, sehingga ujian kali ini harus diperjuangkan
dengan sebaik mungkin. Dan alhamdulillah semuanya telah dijalani dengan lancar,
sekarang tinggal tawakkal dan berserah diri. Hehe! Usaha sudah, tinggal ikhtiar
aja.
Tapi kali ini judul diatas
bukanlah mengenang hari “pink” sedunia, bukannya juga untuk meramaikan tanggal
“hari impoten” bagi orang amerika. Yang jelas aku ingin kembali menuangkan apa
yang ada dikepala dan menulis apa yang dirasakan. Karena judul diatas menjadi
daya tarik sendiri bagi setiap yang bernyawa, jika tanpanya maka tiada
kehidupan di dunia, tiada nikmat air yang mengalirkan kesuburan, tiada rasa
angin yang membawa kabar gembira, tiada syukur atas hujan yang membawa
keberkahan. Bahkan kita pun tak kan lahir ke dunia jika tanpanya. Itulah cinta
yang tak kan pernah usang, tak kan pernah luntur di makan zaman, tak kan pernah
habis untuk dibicarakan, jutaan lagu tercipta karena cinta, literan air mata
mampu mengalahkan dalamnya samudera, ribuan puisi indah lahir tercipta, bahkan
milyaran orang pun bunuh diri hanya gara-gara satu kata, yaitu cinta. Dulu film
yang terkenal berembel cinta “AADC” ono opo karo tresno yang kata orang cinta tak
bermata sehingga disebut buta.
Apa iya cinta itu buta? Kalolah
buta kenapa gak cinta sama bebek aja sekalian (negeri bebek), kan buta gak
ngelihat. Dulu sering banget kita dengar, itu tuh lakinya ganteng, tapi
ceweknya standard aja, nah ada lagi tuh, ceweknya kaya, tapi cowoknya kere. So,
apa ini yang disebut dengan cinta buta? “Love is Blind” yang sering kita dengar
dari orang-orang yang sedang jatuh cinta. cinta bagi yang sedang kasmaran
bagaikan seorang yang memiliki mata tapi tak bisa melihat, karena yang terlihat
mata hanyalah sang kekasih semata, yang membuatnya siap melakukan apa saja
untuk mendapatkan cinta walaupun mengorbankan harta dan nyawa sekalipun. Cinta
terkadang membuat seorang yang bodoh menjadi pintar, bayangkan ketika ada seorang
gak bisa matematika, eh saat ada sang doi, kaki ini terasa ringan bagaikan
kapas, sehingga ia berani maju mengerjakan soal sesulit apapun. Hehe.
Ada sesuatu yang membuatku sedih
ketika jalan-jalan di suasana malam di kota jakarta, ketika melihat anak-anak
gaul keluar masuk tempat-tempat hiburan, dengan mobil-mobil mewah parkir
dimana-mana, wanita berpaha mengisi setiap sudut ruang kota. Mereka lupa
padahal mobil juga punya orang tuanya, lupa padahal yang punya babenya. Ketika sms
berkali-kali, dan telpon berjam-jam sama si do’i hingga membuat panas telinga, eh
malah lupa kalo pulsa masih pake duit orang tua. Terkadang kita gak fair
senang-senang serta hura-hura diatas keringat dan peluh orang tua. Yang siang
malam memikirkan kita, eh malah kita pakai semua sarana bukan malah berbakti kepadanya,
tapi malah lupa dan berbakti kepada si do’i. So apakah kita masih mau menaruhkan
masa depan kita, keluarga kita hanya kepada dirinya, toh ia sendiri sudah tidak
berbakti kepada orang tua.
Tapi kalo dipikir-pikir ada bener
juga bahwa cinta itu buta, buta karena gak bisa merasakan seberapa perihnya pengorbanan
orang tua, betapa banyak keringat yang sudah tercurah untuk kita, supaya kita mampu
berdiri tegak mandiri diatas kaki ini. Keringat diperas, tulang dibanting hanya
untuk diri kita, lantas kita malah bersenang-senang dan lupa, serta bangga
menampakkan kekayaan orang tua di mata si do’i, menampakkan kekayaan orang tua,
supaya dipanggil anak babe. Lantas bangga? Padahal dunia ini tidak seperti
membalikkan telapak tangan, semua perih dilewati oleh orang tua, kita mah
tinggal minta aja, terus menghambur-hamburkannya. So benar kayaknya cinta itu
buta, bayangkan saja terkadang membuat kita kehilangan rasa iba melihat
anak-anak kecil di pinggir jalan, tidak peduli dengan pengemis yang makan aja
belum tentu seharian.
Lucunya, ada beberapa tips di
internet yang pernah aku baca untuk seorang yang mempunyai hubungan tanpa
ikatan yang syar’i, yaitu tips bagaimana memberi hadiah bagi seorang yang jatuh
cinta yang telah menjalin hubungan selama seminggu hingga 1 bulan, kemudian 3
bulan keatas, 1 tahun, bahkan hubungan 3 tahun ke atas agar semakin langgeng. Tapi
masalahnya apa yakin dia jodoh kita? Apa kamu sudah yakin memberikan semua
tanggung jawab kepadanya, hingga 3 tahun lebih berhubungan tanpa berani
mengarah yang lebih serius serta hanya janji-jani belaka, so masih mau
mempertahankan? ya sebaiknya gak usah aja deh, buang-buang waktu, buang-buang
energi, buang-buang duit yang didapat dari orang tua. so stop aja deh, kasihan
orang tua kita.
Inilah cinta yang menjadi buta karena mengesampingkan logika, padahal Allah memberikan kita akal, supaya berfikir apakah ini laki-laki baik atau tidak, wanita yang baik atau tidak, so mencintai tanpa logika berarti tidak mensyukuri akal yang Allah titipkan kepada kita. Mungkin saja benar kalo cinta itu buta, tapi yang pasti cinta itu tidak tuli, karena Allah memberikan kita telinga, untuk dapat mendengar isyarat Allah, diberi akal untuk insting apa laki-laki itu sholeh atau tidak, wanita itu sholihah atau tidak. Yang jelas apakah dia mampu membawa kita untuk mendapatkan tiket surgaNya Allah, hanya kita yang bisa memilih. Lagi-lagi hidup adalah pilihan.
Lantas dalam keluarga, sang ibu
tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang ke anak-anaknya, so apakah ibu buta
memberikan kasih sayang dan cintanya kepada sang anak? Apakah ada seorang ibu
yang tujuh hari tujuh malam tidak makan hanya karena cemburu dengan anaknya
yang menikah dengan seorang teman SMA-nya, atau adakah ayah yang cemburu kepada
sang istri, hanya karena memberikan kasih sayang dan cintanya kepada sang anak?
Jawabannya tidak pernah, karena inilah cinta yang
sesungguhnya, namun kitalah yang salah mengartikan cinta, dan salah menempatkan
cinta yang sesungguhnya. Seorang ayah sebagai kepala keluarga selalu berusaha
keras untuk memberikan nafkah keluarga, kepada istri dan anak-anaknya supaya
tetap berlangsungnya kehidupan, tapi bukan berarti nafkah adalah
segala-galanya, tapi wujud tanggung jawablah yang harus diberikan kepada
seorang ayah. Karena inilah cinta, kalo tidak cinta bisa dibeli dong dengan
uang. Lantas kita malah membagi cinta keluarga kepada sesuatu yang belum
tentu sepenuh hati mencintai kita, tak ada yang pernah tahu kalo dia adalah
jodoh kita.
Jadi apapun yang dilakukan suami
dalam keluarga tujuannya adalah untuk mendapatkan cintanya ilahi. Karena
Dia-lah sang pemilik cinta, yang memberikan kita kasih sayang tanpa
membedak-bedakan setiap makhluk-Nya, kalolah Allah memberikan udara hanya untuk berkulit
putih saja, wah kasihan dong bagi teman-teman yang bernasip sama dengan ku yang
memiliki kulit agak gelap. Heheh so, sudah saatnya kita meletakkan cinta kita
kepada sang pemilik cinta, karena cinta kepada manusia hanyalah sementara, namun
kalo kita mencintai apa yang Allah cintai, InsyaAllah kita akan bersama dengan
orang-orang yang kita cintai. Maka cintailah sesama, semata-mata hanya karena
Allah, tidak ada yang paling indah nikmat kecuali berhadap-hadapan dan
berbincang-bincang dengan pemilik cinta di surga. Amienn ya Allah
Terima kasih teman-teman telah
membaca, semoga ada manfaatnya bagi kita semua, jika ada kritik dan saran bisa
langsung di komen aja:) so nantikan tulisan saya berikutnya ya? Mungkin kali
ini kita akan banyak membahas tentang “cinta”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar