Akhir-akhir
ini saya banyak menulis tentang cinta dan patah hati. Bukan berarti sedang jatuh
cinta apalagi patah hati yang dua-duanya justru mendatangkan kegalauan.
Biar sajalah waktu yang akan menjawab, pokoknya untuk sekarang sangat tidak
diperlukan. Karena saat ini saya akan lebih banyak membutuhkan energi
untuk menyusun langkah-langkah maju. Bukannya terbuang habis untuk jadi anak
muda cengeng yang sedang terkena virus merah jambu. Anak muda yang labil,
apalagi galau. Heheh.
Tapi
jiwa anak muda memang lebih mudah terkena virus yang satu ini. Karena jiwanya
yang selalu mencoba dan mencari pencitraan diri, tanpa peduli apa itu baik atau
tidak. Jiwa anak muda terasa indah jikalau mereka bisa mendapatkan orang yang
paling mereka sukai. Merasa senang ketika ada yang melihatnya, mengharapkan
seseorang untuk menanyakan apakah sudah makan, teman untuk sms-an, telponan
bahkan buat jalan-jalan sorean. Mereka seakan merasa sepi walau ditengah
keramaian, seperti ada bahagian jiwa yang terpisah, sehingga mereka harus
mencari bahagian yang hilang tersebut, yang sering kita dengar istilah
“pacaran”.
Disaat
cinta datang manisnya pun terasa nikmat sekali. Yang malas menjadi rajin, yang
bodoh menjadi pintar. Tapi disaat yang sama, insomnia pun merajalela karena
setiap saat sang doi selalu berputar-putar di kepala. Ia selalu
terbayang-bayang hingga memejamkan mata saja, Doi masih saja terlihat jelas.
namun disaat cinta itu pergi yang pasti juga mendatangkan kegalauan yang
sempurna, kalo awal tidur terbayang senyumannya, maka disaat sang Doi pergi
senyuman dan gayanya sudah tertanam di kepala. Bagai menancapkan paku
dalam-dalam dikepala, namun disaat paku itu dicabut maka lubangnya sudah
begitu dalam untuk ditutupi. Sehingga disaat cinta itu datang, semakin lama
cinta itu dibenih, maka akarnya pun semakin dalam di kepala, saat ia pergi maka
sungguh sangat sulit untuk mencabutnya. Hingga banyak orang yang sulit
menghilangkannya hingga berbulan-bulan bahkan tahunan. Dan yang paling ektstrim
disaat seseorang ingin bunuh diri.
Biarkanlah
kupu-kupu itu pergi sesuka hatinya. Tak perlu dikejar dan ditangisi hanya akan
membuang energi terlalu banyak. Boleh menangisi tapi tidak usah terlalu lama,
karena jalan masih terlalu panjang. Bisa saja suatu saat nanti ia kembali
hinggap ke bunga yang dulu pernah ia hinggap. Yang pasti semakin berharap ia
kembali hanya kan menambah lama daftar duka. Karena sudah sepantasnya ia pergi.
Tapi sayangnya terkadang kita lebih banyak menangisi orang yang pergi dalam
diri kita, tapi tidak pernah mensyukuri orang yang tak pernah pergi di sisi
kita, mereka yang selalu memberi kita semangat, doa dan harapan. Seberapa
banyak luka yang kita tanamkan, tapi masih ada yang tetap bersama dan
menyayangi kita. Saat ada yang tak peduli pada kita, ternyata ada yang begitu
memperhatikan kita.
Hidup
ini adalah belantara keinginan, sedangkan setan sudah siap untuk
mengembus-embuskan di setiap keinginan untuk membuat kita mengejar sesuatu yang
bukan milik kita. Kalolah kita sudah menjadi kendaraan setan untuk mengejar
yang berbau hawa nafsu maka tak akan ada lagi ikhlas, tak ada lagi sabar.
Ketika keinginan dipenuhi oleh setan, maka yang bermain adalah hawa nafsu.
Nauzubillahi min dzalik.
Sekarang,
sudahlah jangan tangisi yang bukan milik kita, karena itu bukan yang terbaik
buat diri kita. Dan bersyukurlah bahwa ia tidak menjadi milik kita, karena
memang ia tidak pas buat kita. Yang pasti apapun yang Allah berikan pada kita,
percaya deh, bahwa itulah yang terindah, itu lah yang terbaik buat kita.
Terkadang
kita lebih sering melihat pintu yang tertutup, lalu menangisi mengapa pintu itu
tertutup. Lalu kita menggedor-gedor pintu itu kembali pada sang pemilik pintu,
agar mau lagi membuka pintu dan memberi kita kesempatan. Dan anehnya kita
meraung-raung dibalik pintu, seakan mengemis dibalik pintu. Betapa bodohnya
kita. Sayannya kita malah merasa tidak bisa lagi melihat indahnya dunia ketika
melihat pintu itu tertutup. Sedangkan kita lupa bahwa masih banyak pintu lain
yang terbuka dan lebar, serta memberi ruang lebih luas agar kita dapat melihat
dunia dari sudut yang lebih indah dan lebih segar sambil menikmati segarnya
oksigen yang dihirup, menikmati segarnya air melewati tenggorokan. Huuh
indahnya ya Allah. Inikah nikmat yang kami lupakan.
So,
perjalanan kita masih panjang. Kita masih perlu banyak energi untuk terus
memantaskan diri. Masih banyak yang harus kita lakukan. Allah hanya mengambil
satu orang yang tidak lagi kita butuhkan. Bukankah Allah memberikan kita apa
yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. So bersemangatlah, membuka
lembaran kehidupan baru. Kehidupan yang akan jauh lebih indah jikalau kita mensyukuri
atas nikmat tarikan nafas yang diberikan.
Jadi,
tidak perlu lagi menangisi orang yang sudah tidak dibutuhkan lagi, karena Allah
tahu orang itu memang sudah tidak layak lagi bagi kehidupan kita, bab dimana
dia aktornya sudah sepatutnya berhenti karena hanya akan memenuhi halaman kita,
apalagi menambah tinta merah di buku tersebut. yang pasti tak ada yang diambil
oleh Allah, kecuali diganti dengan yang lebih baik. Mari siapkan hati yang
baru, untuk jiwa yang baru. Bangun dan jemputlah! Tenang waktu terus berjalan.
Hidup kita sudah terlalu berharga untuk disia-siakan. Karena ia Cuma satu kali.
So Do it The Best!..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar