Kenapa
sih orang lebih senang baca komentar daripada postingan itu sendiri. Padahal
postingan itu adalah isi pembicaraannya, namun komentarnya lari ntah kemana dan
keluar dari topik pembicaraan. Lucunya lagi, isi postingan adalah tentang Islam,
penerapan syariah Islam, penerapan daulah Islam, eh ternyata masih banyak orang
yang tidak setuju dengan penerapan hukum tersebut. (Semoga saya salah!!) justru
yang tidak setuju anehnya adalah orang kita sendiri, padahal ia juga lebih
banyak mengenal Islam, panutannya adalah Muhammad SAW.
Disaat
ada aktivis dakwah yang ikut pencalonan gubernur ditanya tentang penerapan
syariah Islam, ia malah tidak setuju. Lha ini pengemban dakwah atau bukan sih,
koq kita malu menerapin hukum Allah. Kita bukan menyerang orangnya, tapi
mengapa pemikirannya tidak mencerminkan seorang muslim. Justru postingan itu
pasti ada sumbernya, bahkan terkadang di dengar langsung dari sang pembicara,
toh memang sudah jelas-jelas. kalolah menjudge, toh sumbernya juga dari web
Islam, dari situs Islam. Tapi mengapa orang-orang dibelakangnya tidak senang,
mungkin takut kali ya tokohnya menjadi topik pembicaraan. Jangan sampai ada
kepentingan, hanya karena bulan depan pemilunya. Ehm2.!! Padahal tokoh itu
sendiri yang telah membuat pernyataan yang menyakitkan buat kaum muslimin.
Justru inikah yang harus jadi panutan, koq tidak membela sesama kaum muslimin.
Kalolah
dibilang, masuk ke pemerintahan untuk masyarakat majemuk, lhaa berarti hukum
Islam tidak cocok untuk masyarakat majemuk dong. Gini-gini ada orang yang sama
sekali belum tersentuh dakwah, ada yang tahu begitu saja. nah itu tugas kita!!
Bukannya mengatakan masyarakat belum siap. Toh survey mengatakan 70 % orang
jakarta setuju penerapan syariah Islam (republika). Kehidupan saat ini sudah
sangat mencekik, disaat kemiskinan merajalela, kalolah mereka bisa hidup
sejahtera di bawah naungan syariah, lantas jika mereka diberitahu, pastilah
mereka setuju. Toh mereka pun sudah tidak berharap dengan pemerintahan saat
ini, yang hanya Cuma bisa janji. Ah sudahlah, ntar kepanjangan, lihat saja
perkembangan negeri ini. Apa mungkin kitanya yang belum siap? Tanya kenapa??
Toh bukannya Islam pernah terbukti menyinari dunia selama 14 abad, nah itu
bukannya majemuk lagi?? lantas hari ini dibilang tidak pantas untuk masyarakat
majemuk. Duh aduh, koq gitu sih. saya bukan menyerang orang tersebut tentunya,
tapi mengajak bersatu, sudah sepatutnya kita mencari panutan yang jelas, yang
setuju dan membela kaum muslimin, bukannya berharap dengan hukum yang sekarang.
Atau bahkan masuk ke dalam sistem pemerintahan.
Toh
rasul juga pernah ditawari untuk tidak berdakwah dengan harta, tahta dan
wanita. tapi rasul pernah mengatakan ”Demi Allah! seandainya mereka
mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku
meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenanya”. Inilah keteguhan seorang pengemban dakwah. Inilah resiko seorang pengemban dakwah. Ditolak dan diterima itu mah biasa, kita aja yang mungkin belum terbiasa, rasul mah sudah sering, jadi kita yang belum apa-apanya. Rasul menegakkan Islam bukan dengan masuk ke dalam sistem, tapi menyampaikan dengan lisan. Disaat umat sudah menerimanya, barulah Rasul SAW mendirikan pemerintahan di Madinah saat itu. Jadi gak ada tuh istilah masuk ke dalam sistem, baru merubahnya. Apalagi bilang hukum tertinggi adalah...... dibanding hukum Allah. Nah lho, nah lhoo....!!
mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku
meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenanya”. Inilah keteguhan seorang pengemban dakwah. Inilah resiko seorang pengemban dakwah. Ditolak dan diterima itu mah biasa, kita aja yang mungkin belum terbiasa, rasul mah sudah sering, jadi kita yang belum apa-apanya. Rasul menegakkan Islam bukan dengan masuk ke dalam sistem, tapi menyampaikan dengan lisan. Disaat umat sudah menerimanya, barulah Rasul SAW mendirikan pemerintahan di Madinah saat itu. Jadi gak ada tuh istilah masuk ke dalam sistem, baru merubahnya. Apalagi bilang hukum tertinggi adalah...... dibanding hukum Allah. Nah lho, nah lhoo....!!
Lantas
kalolah dibilang mendingan calon ini dari yang lainnya. Waduh kalo
mendingan-mendingan, lebih mendingan saya tidak memilih sama sekali. Udah deh,
jangan pake mendingan, karena banyak orang liberal menggunakan kata-kata
mendingan. Mendingan saya sholat sekali sehari, daripada tidak sama sekali.
Lebih baik saya sholat di rumah, daripada tidak sama sekali. Waduh kalo itu
dalilnya bisa gaswat tuuuuh. Hehehe.
Jadi
sampai disini aja deh. Oiya jadi begitulah resiko pengemban dakwah, diterima,
ditolak, semoga kita terbiasa, itu mah bagian dari proses dan memantaskan diri.
Allah tidak akan menurunkan kemenangan disaat hambanya belum memantaskan diri
untuk menang, jadi ya semoga kita juga saling memperbaiki ibadah kita, sholat
kita, sedekah kita, dll. Surga itu sangatlah luas, kalolah kita masuk sendiri,
sungguh sangat disayangkan, jadi ayok rame-rame kita memasukinya dengan wajah
berseri-seri, amien ya Allah. Biar ntar gak kesepian disana, soal ibadah kita
akan dipertanggung jawabkan masing-masing, soal muamalah itu yang akan menjaga
hubungan kita antar sesama. Toh saya juga masih belajar, doakan semoga
istiqomah di jalan-Nya. Ilmu saya masih sangaaaaaaaaaaat sedikit, saya
mengakuinya, karena hidup ini tempat belajar.
Tapi
alangkah indahnya kita sesama muslim, saling mengingatkan satu sama lain. toh
kalolah dakwah nunggu sempurna, maka tidak ada yang akan saling
nasehat-menasehati. Toh saya bukanlah orang terbaik diantara kalian. Jika melakukan
kebaikan maka bantulah saya, dan jika melakukan keburukan luruskanlah saya. Kebenaran
hanya milik Allah SWT dan kesalahan hanyalah milik saya. Jadi tetap semangat ya
teman-teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar