Kamis, 07 Juni 2012

Juni dan Ramadhan Menanti



Ya Allah kenapa waktu terasa bergitu cepat, gak terasa kita telah berada di awal bulan juni.. Kayaknya baru kemarin deh tanggal satu januari, kayaknya baru kemarin ramai orang memperingati tahun baru masehi. Tak terasa sudah 6 bulan kita lalui, sudah setengah perjalanan tahun ini kita lewati. Meski tanggal satu telah lewat, tapi biarlah kan masih awal bulan. Jadi gak ada salahnya kita mengawali paragraf kali ini.

Namun ada satu hal yang membuat aku rinduuu sekali. seakan hal itu kini sudah semakin dekat menghampiri. Karena sebentar lagi sebaik-baik bulan akan segera tiba. Sebaik-baik malam dari seribu bulan akan menghiasi indahnya malam itu. Oh ya Allah, aku rindu sekali mendengar namamu dipanggil-panggil saat itu. Dari Surau ke surau, mesjid ke mesjid tak ada habisnya bersahut-sahutan memuja namaMu. Pagi, siang dan malam, semua sibuk mengharapkan ampunan. Semua aktivitas yang baik Engkau lipat gandakan pahala untuk setiap manusia. Tak peduli apakah dia kaya, miskin, cantik, atau apalah yang pasti semua sama. Beriman, ataukah kafir, Engkau pun tetap memberikan nikmat tersebut. walau ia tak mengingat nama-Mu, tak memuji namamu, tapi Ar-Rahim Engkau tetap memberikan nikmat yang ia dibutuhkan. maka nikmat yang Tuhan yang mana lagi engkau (manusia) dustakan. Disaat itulah kucuran ampunan bak air sungai yang mengalir deras dengan debit tak terhingga. Kalaulah lautan yang terhampar luas dijadikan tinta, maka tak akan mampu menulis banyaknya nikmat yang telah Allah berikan.

Rasa kerinduan itu akhirnya mengantarkan pikiranku pada setiap ramadhan yang telah terlewati. Disaat hangatnya keluarga di satu meja, dengan sedikit canda tawa. Melihat sang ibu dengan senangnya memasakkan lauk yang akan di santap ketika berbuka. Mendengar suara ayah tiba di depan pintu, sambil membawa penganan tambahan untuk awal berbuka, seakan menambah kerinduan yang tak bisa tergantikan. Inilah ladang kasih sayang yang terhampar seluas langit dan bumi, ini juga disebut cinta yang sejati dan inilah arti kerinduan yang sesungguhnya.

Dikala shubuh tiba, semua orang berduyun-duyun memakai peci dan mukena, memakai sendal menginjak tanah yang berembun, dengan sajadah tergelayut di pundak, bersama keluarga, adik dan kakak, melangkahkan kaki saling tersenyum bahagia walau sedikit kantuk menghiasi wajah namun tidak menyurutkan niat tuk mengambil berkah yang Allah turunkan di pagi hari. Saling bersalaman di depan masjid, sambil melepas sandal memasukinya. Tak ada yang dicari kecuali niat yang terazham di dalam sanubari bahwa hidup dan mati hanyalah milik Allah semata.

Menjelang maghrib, ibu mulai sibuk memberikan masakan terbaiknya. Ia sambil berdo’a bahwa inilah sebagai pengganti dzikirnya, atas masakan yang ia berikan buat keluarga. Agar suami dan anak-anaknya dapat menikmati santapan berbuka yang penuh kelezatan dengan kenikmatan yang luar biasa. Cukup baginya melihat bahagia disaat keluarga menyantap masakan yang telah dibuat. Karena tak ada masakan yang paling enak di dunia, walau dijajakan di restoran ternama sekalian, kecuali masakan itu dibuat oleh tangan yang terindah di dunia ini yang mampu meracik bumbu-bumbunya. Itulah tangan ibu kita, maka seenak apapun makanan yang ada diluar sana, tiada yang paling lezat kecuali masakan ibu kita, karena semua dimasak dengan keringat ketulusan dan keikhlasan cinta.

Pikiranku kembali teringat ketika berbuka, disaat semua keluarga berkumpul saling berebutan makanan hingga piring bak gunung lengkap seisinya. Hehehe. Padahal ketika sudah makan, beberapa tak terlewatkan di tenggorokan, itulah yang disebut lapar mata, melihat masakan yang penuh warna, seakan semua ingin disantap masuk ke dalam pencernaan, tapi sayang disaat haus bukan kepalang, nasi cukup sedikit permisi di tenggorokan. Heheh ada-ada saja kelucuan dikala memori itu berputar kembali.

Ketika subuh, ibu dengan semangat bangun duluan, mengusir rasa kantuk meski lelah masih berselimut di tubuh. Biarlah Allah yang akan menjadi saksi suatu hari nanti, agar ibu bisa bertemu dengan orang-orang yang dicintai. Setiap tetesan keringat yang mengalir menjadi dzikir dan do’a semoga keluarga bisa beribadah dengan penuh khusyuk dan kebahagiaan. Ibu berharap agar anak-anaknya tidak ada yang lelah dan sanggup menunaikan perintah Allah, maka ibu pun memasak dengan keringat ketulusan dan keikhlasan cinta. Itulah setiap do’a di dalam hati seorang ibu, tak ada yang ia harapkan kecuali mengharapkan ridhonya menjadi seorang ibu yang terbaik bagi anak-anaknya dan menjadi seorang istri yang hebat bagi sang suami.

Maka disaat subuh, Sirine bunyi dari mesjid dan surau menjadi tanda bahwa pertarungan akan dimulai. Pertarungan dari hawa nafsu, perkataan yang tidak berguna, menggosip, curang, dan sebagainya menjadi tantangan sepanjang hari. Maka benarlah bahwa ramadhan sebaik-baiknya bulan, disaat semua orang menjadi terjaga dari berbuat dosa. Lantunan ayat suci Al-Qur’an pun menggema di mesjid dan surau. Hal yang terindah dipagi hari adalah disaat habis subuh membacakan ayat Al-Qur’an dan kemudian duduk di teras sambil mendengar ayat-ayat Allah dibaca oleh para Qori-qori di mesjid. Duh alangkah nikmatnya bulan itu, hati kan selalu menjadi tenang, merasa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, merasa masalah keciiiil dibanding Allah yang maha besar.

Karena iman terkadang naik turun, maka disaat itu kehangatan ibadah menjadi meningkat luar biasa. Maka pantaslah ketika habis ramadhan, Allah menutup lembaran lama dan menghapus semua tinta-tinta hitam yang tertulis pada buku kehidupan. Oleh karena itu Semoga Ramadhan ini dapat kita rasakan lebih haru dan lebih khusyuk. Memohon kepada Allah, karena mungkin saja dosa yang selama ini menyelimuti hingga membuat do’a-doa kita belum diijabah oleh Allah. Maka Nikmat tuhan (Allah) yang mana lagi kita dustakan?? Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami, kelalaian kami, mungkin saja kami menduakanmu, maka ampunilah kami ya Allah. Tentunya kami tahu tidak mampu beribadah seperti para kekasih-kekasih mu, sedangkan dosa kami terlalulah banyak dibanding pahala yang kami miliki, tapi alangkah baiknya kami pun sadar dan segera memperbaikinya. Maka disaat kami telah berada di jalanMu, maka jagalah kami agar selalu berada di jalanMu, bimbinglah kami, karena kami tahu hati mudah terbolak-balik, dan engkaulah yang mampu membolak-balikkan hati, maka sekali lagi ya Allah tuntunlah kami agar suatu saat nanti kami menjumpaimu dengan wajah berseri-seri. Aamiin ya Allah.





Tidak ada komentar: