Andaikan
saja lidah bertulang, maka takkan pernah ada manusia berkasih sayang, takkan pernah puisi indah terbilang, dan tak ada gunanya telinga
sebagai pendengaran. Maha suciNya Allah yang telah memberikan apa yang
dibutuhkan manusia, tak ada yang menyangka, tak ada yang mengira, hanya
orang-orang yang berakal dan berilmu yang mampu menyadarinya. Ternyata begitu
lengkap dan sempurnanya Allah menciptakan segala makhluk terutama manusia.
Allah betul-betul tahu apa yang dibutuhkan hambanya, sehingga semua makhluk
yang dicipta di dunia, semua sudah lengkap dengan segala keperluannya demi
menjalani sebuah kehidupan.
Mungkin
kita pernah mendengar sebuah peribahasa, “memang lidah tidak bertulang”.
Kalolah ia bertulang, tentunya akan mudah dipegang, mudah patah dan terus
dibuang. Kalolah ia bertulang, tentunya tidak akan pernah lahir nada-nada indah
tercipta. Bahkan manusia tak akan mampu berbicara dan berkomunikasi antara
satu dengan lainnya. Sehingga begitu hebatnya Allah menciptakan alat kecil
ini namun dapat mempengaruhi dunia. Jika dilihat pribahasa tadi mungkin ada
benernya juga, bahwa ucapan yang keluar dari lidah terkadang bisa berubah-ubah
dan sulit untuk dipegang.
Lidah
memang aneh, walau hanyalah selempeng daging yang agak menonjol. Tapi dari sana
bisa tampak setengah pribadi manusia, sedangkan setengah lagi ada di dalam
pikiran dan hatinya. Hebatnya lagi bahwa lidah lah yang mengatur pergerakan mulut
kita. Jika lidah bergerak, maka mulut pun akan terbuka, dan disaat mulut terbuka,
maka tampaklah pribadi manusia. Bahkan dikala lidah
bergerak dan menari-nari di dalam mulut, tapi ia tidak pernah tergigit. Ia
selalu bergerak dengan lincah, dan
berubah-ubah. Mungkin dari sana ada sebuah pesan yang terkandung, bahwa setiap
apa yang telah keluar dari mulut, maka lidah akan mudah berselit lidah untuk
menghindar dari apa yang telah terucap keluar darinya.
Kata
Aa gym, “Lidah adalah amanah”, maka bila kita membicarakan amanah berarti apa
yang saat ini kita miliki akan diminta pertanggung jawaban nantinya. Karena
Lidah adalah titipan Allah, dan setiap titipan haruslah dijaga dengan baik agar
tidak lecet ketika dikembalikan pada pemilikNya. Sebab apapun yang telah keluar
dari lidah tidak akan mampu ditarik kembali. Bahkan mungkin banyaknya dosa dikandung
badan selama ini lahir dari lidah kita. Mungkin kita pernah berbicara
seenaknya, tapi kita tidak pernah berfikir apakah lawan bicara kita terluka
ataukah tidak. Mungkin niatnya bercanda tapi tanpa kita sadari bahwa hati telah
terlukai, bahwa ucapan yang keluar dari lidah ternyata lebih tajam dari anak
panah. kalolah panah itu tertancap dalam-dalam di pikiran dan dihati, maka
mencabutnya akan semakin sulit. Dan kalolah berhasil mencabutnya, jangan lupa
bahwa bekas lubang yang tertancap kan terus membekas selamanya.
Lidah
memang tak bertulang, sekali digerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula.
Siapa sangka bahwa persahabatan dua manusia bisa terpisahkan oleh karena lisan.
Siapa mengira bahwa hubungan ayah dan anak bisa yang saling menyayangi dan
menghormati bisa lekang oleh karena lisan. Dan siapa menduga bahwa suami-Istri
yang saling mencintai pun bisa kandas oleh karena lisan yang tak terjaga. Sehingga
begitu bahayanya lisan, oleh karena itu Allah dan Rasul SAW mengingatkan kita
agar berhati-hati dalam menggunakannya.
“Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau
diam.”
(HR.
al-Imam al-Bukhari hadits no. 6089 dan al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu
Hurairah z)
Bahkan
Al-Imam asy-Syafi’i t juga mengatakan, “Apabila dia ingin berbicara hendaklah
dipikirkan terlebih dahulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah. Jika
ragu, janganlah dia berbicara hingga tampak maslahatnya.” (al-Adzkar hlm. 284)
Marilah
kita merenung sejenak, mungkin saja orang-orang yang kita sayangi selama ini
pergi karena kita tidak mampu menjaga ucapan. Begitu banyak persahabatan yang kandas
ditengah jalan disebabkan oleh lisan yang tak terjaga. Bayangkan seberapa sering
lidah kita menjadi lebih tajam mengiris-ngiris hati hingga berdarah karena
pahitnya ucapan. Mungkin niatnya bercanda, tapi siapa sangka sensitif manusia itu
berbeda-beda. Sepatah dua patah kata seakan mengunus dengan kejam dan
meninggalkan luka. Begitu banyak orang hebat tergelincir akibat salah berkata. Begitu
banyak peperangan tercipta akibat lisan yang terucap.
Lantas
kalolah ada sebuah peribahasa, “mulutmu harimaumu”. Mungkin ada benernya juga. Bukankah
harimau adalah hewan pemakan daging? Jadi kalolah diibaratkan dengan “lidah”
mungkin ada beberapa kesamaan, sama-sama menusuk daging. Karena lidah mampu
membuat pikiran dan hati terluka. Namun kalolah seekor harimau tidak akan mau
memangsa sesamanya. Tapi kalolah lidah maka siapapun bisa menjadi korbannya. Yang
pasti setiap ucapan yang kita keluarkan semua didengar oleh Allah SWT. Tak ada
satu pun patah kata yang keluar dari mulut kita, kecuali akan dipertanggung
jawabkan olehNya.
Namun
tak selamanya lidah membuat luka. Karena lidah juga mampu menyatukan
persahabatan yang dulu terpisahkan, lidah juga mampu merapatkan barisan walau
sebelumnya tak beraturan. Begitu hebatnya lisan, jikalau ia dipakai buat kebaikan.
Maka siapapun yang ingin pandai berbicara ada baiknya mengimbangi dengan ilmu
agama, karena untuk menuntun dan menjaganya. Lisan adalah karunia Allah yang
besar. Sehingga ia harus disyukuri dengan sebenar-benarnya. Lidah dipakai untuk
sebuah kebaikan, menginspirasi orang banyak, saling mengingatkan dalam
kebaikan. Namun apabila ada sebuah perkara yang tidak diketahui, alangkah
baiknya kita diam.
alangkah sangat beruntungnya orang yang MAMPU menahan diri
dari kesia-siaan dalam berkata- kata dan menggantinya dengan berdzikir kepada
ALLAH SWT. Mulai sekarang ada baiknya kita berfikir dahulu sebelum berucap,
karena mana tahu apa yang akan kita ucap bisa membawa mudhorat. Tapi kalolah
itu baik menurut Allah dan Rasulnya, maka katakanlah saja apa adanya. DIAM lah
jika kita tidak tahu. Karena DIAM tidak akan pernah salah. So semangat ya
teman-teman..
Jika ingin berbincang dengan saya, follow twitter di @a_akbarr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar