Senin, 30 Januari 2012

Bangsa Perokok : The New Generation Is Born (Part II)

Hari ini ketika teman-teman berada di Bandara Soekarno Hatta kemudian turun dari pesawat dan berjalan di sekelilingnya, maka tidak perlu heran melihat papan-papan iklan rokok menghiasi setiap kiri dan kanan. Puntung-puntung rokok bertebaran dimana-mana, di tangga, sudut-sudut bangunan bahkan toliet sekalipun. Bandara Soekarno Hatta, yang seharusnya menjadi kebanggaan sekaligus menjadi pintu gerbangnya Negeri bebek, tapi sekarang sudah menjadi pintu gerbangnya rokok. Kalaulah gerbangnya saja sudah begitu, bagaimana isi yang ada di dalamnya? Hampir setiap sudut kota negeri bebek telah dipenuhi dengan iklan rokok, baik di space iklan, warung-warung, bahkan pintu kedai sekalipun. Jadi tidak heran melihat papan-papan iklan tersebut menghiasi sepanjang jalan. Mungkin sebagian dari kita, ini hal yang biasa, namun bila kita berfikir sedikit saja, mengapakah ini bisa terjadi?
Bukankah hal yang sama dan sebelumnya pernah terjadi di negera-negara barat namun hari ini sudah banyak yang hilang. Kini cara marketing seperti itu sedang menyelimuti negara bebek. Iklan-iklan rokok yang ditayangkan selalu menghubungkan dengan kebebasan, pertualangan, dan juga anak muda. 
















Negeri bebek yang juga dilanda krisis prestasi, ketika timnas bolanya hampir bisa menyaingi negara-negara tetangga, membuat penduduk negeri seakan euforia, dengan hanya satu kata “nasionalisme” mereka luput untuk memperjuangkan pahlawan-pahlawan mereka di lapangan hijau. Hampir 70 % pasang mata yang tertuju ke lapangan, semua tidak luput dengan rokok. Namun, negara yang saat ini menjadikan bola sebagai raja, semua disponsori oleh produsen rokok terbesar di negeri ini yaitu Djarum. Seharusnya Ajang yang beratasnamakan “olahraga” harus menampilkan kebugaran, dan gaya hidup sehat, namun sayang dibalik itu semua produsen roko berdiri tegak sebagai sponsor utama. Padahal ajang piala dunia sekalipun, tidak ada iklan rokok yang ditampilkan. Begitu juga konser-konser musik di negeri ini, produsen rokok seakan tak mau ketinggalan menjadi bagian utama, lagi-lagi eksploitasi wanita yang akhirnya digencarkan. Wanita-wanita SPG rokok berlomba-lomba menawarkan produk rokok kepada setiap pelanggan. Intinya, semua artis luar negeri yang mengisi konser musik di negeri ini semua dibayar dengan uang yang berasal dari rokok.



Jadi, tidaklah sulit menemukan rokok di negeri ini, mulai dari pedagang jalanan, kios, emperan bahkan restaurant pun ada menjajakan produk rokok. Sehingga bukan hanya orang dewasa yang dapat menikmatinya namun anak kecil pun bisa dengan mudah mendapatkan barang tersebut dimana saja dan kapan saja. Akhirnya lahirlah generasi-generasi baru yang kini berada di tengah-tengah kita. Ironisnya begitu banyak kios kecil tepat berada di samping sekolah-sekolah yang dengan jelas menjual produk ini. Lantas apa yang terlintas di benak kita? Ditambah lagi begitu lebarnya banner iklan rokok terpasang di dinding kios tersebut? Sedangkan tidak ada satupun yang keberatan dengan keberadaan ini semua! So siapakah yang harus bertanggung jawab? Sedangkan satu diantara empat pemuda yang berumur 13-15 tahun juga sudah merokok. Sampai detik ini di negara Amerika, untuk menjual produk-produk tembakau pada anak di bawah umur 18 tahun dianggap illegal. Tapi di negeri bebek tidak ada peraturan yang melarangnya.

Pada tahun 2010 ada satu video youtube yang sempat menghebohkan dan mengguncang dunia. Video “Smooking Baby” beredar di dunia internet dan menjadi sensasi di International. Seorang balita yang mampu menghabiskan 4 bungkus rokok dalam sehari. Sungguh mengejutkan memang, tapi lebih mengejutkan lagi  bahwa bayi itu berasal di negeri Bebek Tepatnya di daerah Sumatera. Sang ibu dari balita itu pun mengakui bahwa ketika hamil, ia menghabiskan maksimal setengah bungkus rokok sehari. Namun setelah mendapatkan rehabilitasi selama 2 minggu, bayi perokok tersebut kini telah menjalani hari-hari seperti layaknya anak-anak berumur 2 tahun yang penuh energi dan keceriaan.

Pada tahun 2005, orang-orang Marlboro di Phillip Moris membeli salah satu perusahaan rokok terbesar di Negeri Bebek sebesar 5 milyar dollar yaitu Perusahaan Sampoerna. Sejak saat itu target utama mereka adalah memasarkan “A-Mild” brand milik Sampoerna dengan motto “Go Ahead”. Sekarang Philip Moris telah mengeluarkan biaya sebesar 200 juta dollar per tahun untuk pemasaran di Negeri Bebek. Perusahaan inilah yang membiayai konser-konser besar musik di negeri ini, bahkan membuat acara televisi dengan judul “A-Mild Live”. Sehingga acara tersebut dapat di tonton oleh begitu banyak pasang mata di seluruh penjuru Negeri Bebek, mulai dari dewasa hingga anak-anak, ditambah A-Mild brand selalu ditampilkan di layar.

Padahal Iklan tersebut tidak ada hubungannya dengan rokok, namun banyak pesan yang disampaikan oleh A Mild. seperti, “Jalan Pintas Dianggap Pantas”, “Gali Lubang Tutup Lupa”, “Kalo Masih Banyak Celah Kenapa Harus Nyerah”, “Terus Terang, Terang Ga Bisa Terus-terusan”, “Mau Pintar Ko’ Mahal?”, “Susah Ngeliat Orang Seneng, Seneng Ngeliat Orang Susah” atau pesan berbau religius ketika di bulan Ramadhan, seperti “Ngobrol Jangan Cuma Setahun Sekali!” atau “Malu Sama Yang di Atas!” yang akhirnya diakhiri dengan kalimat, “Tanya Kenapa?”

Kalaulah kita meresapi dan memahami iklan A-Mild baik makna dan artinya, seakan berupa kritik moral terhadap kebijakan pemerintah dan sikap manusia sehari-hari. Pesan yang santai, ringan dan tidak menggurui tapi mengandung berjuta makna yang tajam dan dalam, kemudian diakhiri dengan “tanya kenapa”, yang bermaksud introspeksi diri dan membuka hati nurani. Walaupun beberapa perusahaan rokok telah semakin lama dimusuhi, namun perusahaan milik Philip Morris itu selalu konsisten dengan iklan yang selalu nyentrik, segar dan cerdas. Berbeda dengan produk rokok lainnya yang lebih menonjolkan keperkasaan, kegantengan, serta gaya hidup.

Salah satu iklan A-mild “tanya kenapa”  yang bertemakan “banjir”, ada sebuah kalimat “tenang-tenang banjir segera tiba” iklan tersebut divisualisasikan dengan orang-orang berseragam pemerintah yang hanya bisa melamba-lambaikan tangan seakan menampilkan ketidakpedulian terhadap masalah banjir negeri ini. bersambung

Tidak ada komentar: