Jumat, 27 Januari 2012

Generasi Perokok : Mimpi Buruk Negeri Bebek (Part I)

Sebenarnya judul ini adalah sambungan dari artikel Negeri Bebek. Mungkin akan lebih enak kalo dibuat cerita berseri aja kali ya, he. Ini hanya sedikit gambaran tentang negeri yang dijuluki dengan Jamrud Khatulistiwa, tentunya teman-teman sudah tahu negara apa yang saya maksud, tapi saya disini tidak ingin membubuhkan nama negaranya, sehingga harus sedikit di sensor, atau juga diberi nama lain. Kayak reality show aja ya!

Apakah teman-teman tahu tentang istilah “MARLBORO MAN”? mungkin sebagian dari kita sudah tidak asing lagi? Seorang cowboy yang menunggangi kuda, sambil menghisap rokok marlboro.  Nah inilah salah satu icon yang paling cukup terkenal di Amerika yang sering disebut dengan negara Marbloro.
Pada saat itu harga rokok masihlah sangat murah, kira-kira harganya hampir sama dengan permen. Sehingga setiap orang dapat menikmati rokok dimana saja, dan kapan saja. Seolah-olah semua orang ikut mendorong kita untuk merokok, para selebritis dan bahkan dokter sekalipun ikut mendukungnya. Dulu iklan rokok ditemukan hampir pada setiap area perkotaan, tv, dan majalah, sampai film kartun pun ikut juga mengampanyekannya. Mungkin teman-teman tahu “Fred Flinstone”, nah itulah salah satu film yang ikut mengampanyekannya.
  "Winstone terasa enak seperti layaknya rokok" Fred Flinstone

Pada awal tahun 60-an, hampir setengah orang-orang dewasa Amerika menghisap rokok. Semua kalangan menjadi smoker, tua, muda, laki-laki maupun perempuan, bahkan anak-anak kisaran umur 14-16 tahun ikut meramaikannya. Sehingga Rokok menjadi penghasilan negara yang sangat menggiurkan dan tidak heran menduduki peringkat yang tinggi bagi devisa negara. 




Namun saat ini tepatnya di time square kota New York, begitu banyak iklan untuk hampir semua barang bisa ditemukan setiap sudut kota. Dengan papan-papan iklan yang berbinar, seolah-olah bagaikan surganya dunia yang dipenuhi warna. Namun ada satu produk yang tidak dapat ditemukan diantara papan-papan iklan berbinar tersebut. Iklan-iklan rokok kini sudah tidak lagi menghiasi kota yang super sibuk itu, karena pemerintah Amerika Serikat telah melarang setiap periklanan produk beratasnamakan “rokok”. Pemerintah menetapkan pajak yang begitu besar bagi produsen rokok. Hal Ini merupakan upaya untuk mencegah dan mengurangi para smoker, Sehingga Kota “big apple” telah menjadi kota termahal di Amerika Serikat untuk membeli rokok.

“Hal yang menarik bagi saya adalah tidak banyak lagi orang merokok di luar bar, dan restauran. Tapi hanya ada beberapa, namun jika kita melewati mereka, maka mereka akan menyembunyikan rokoknya karena merasa malu” Walikota New York, Michael Blommberg

Kesadaran akan bahaya rokok pun telah disadari oleh para aktifis dan juga korban sekaligus, mereka dengan giat memperjuangkan isu ini di pinggir-pinggir jalan, hingga ke gedung parlemen, yang tidak lain untuk mengampanyekan bahayanya produk ini, Namun sayang, hal ini di bantah oleh produsen rokok yang mengatakan bahwa rokok adalah bukan barang adiktif dan bisa membahayakan tubuh. Mereka membuat isu di televisi, majalah dan koran. Lagi-lagi pemilik modallah yang menang. Tapi bagaimanapun bangkai bisa disembunyikan, tetaplah baunya akan tercium juga. Akhirnya pemerintah negara tersebut telah sadar, bahwa begitu banyak pecandu rokok, mulai orang dewasa dan juga anak kecil, yang nantinya akan merusak dan menurunkan tingkat pemikiran mereka, dan lebih ekstrim lagi kematian.

Sehingga pemerintah negara tersebut membuat undang-undang untuk mempertegas larangan untuk merokok, dengan cara menaikkan harga rokok setinggi mungkin. Yang awalnya 1 bungkus rokok seharga 6 dolar, kini menjadi 13 dollar, kalo dirupiahkan tinggal tambah empat digit "0" di belakangnya. Sehingga para smoker yang dulu pengguna berat, kali ini harus berfikir 100 kali, karena mereka harus mengeluakan kocek yang dalam untuk bisa merokok, sedangkan di samping itu mereka sadar tingkat pengangguran di negara tersebut menembus angkat yang fantastis. Ditambah lagi kempanye anti rokok pada tahun 2006 bahwa 1 rokok akan lebih dekat dengan kanker. Akhirnya terjadilah perubahan pola kehidupan yang signifikan, tercatat bahwa jumlah anak-anak yang merokok turun drastis mencapai 50 % dari 8 tahun sebelumnya. Pada tahun 2007, jumlah perokok di negara tersebut mencapai tingkat terendah dalam 40 tahun terakhir. Ini angka yang begitu fantastis.

Tapi pertanyaannya, bukankah rokok menjadi sumber devisa negara yang tinggi, bukankah rokok merupakan ladang bisnis yang menggiurkan, lantas mengapa negara yang terkenal dengan kapitalis yang hanya berlandaskan materi malah menghentikannya dengan tegas? Bukankah profit bisnis ini dengan untung yang luar biasa. Benar, mereka sadar dengan hal kesehatan bahkan bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, dan tidak hanya itu mereka telah berhasil menekan sejumlah angka serta merubah pola hidup warganya. Sekali lagi benar, tapi, no..no...no! ini informasi yang penting yang harus kita ketahui, bahwa mereka sangat sadar telah kehilangan keuntungan yang sangat besar, sehingga bisnis ini tidak boleh hilang begitu saja. Jadi? Tidak ada cara lain yaitu dengan memindahkan market mereka ke negara-negar miskin di dunia. dan kesanalah industry tembakau bertujuan. Kini industri tersebut sedang memburu konsumen-konsumen baru di negara-negara miskin diantaranya benua afrika dan juga termasuk negeri bebek. bersambung....

Tidak ada komentar: