Hari ini kita merasakan isu kesetaraan gender sedang heboh-hebohnya baik media Tv, radio dan media cetak. Isu yang katanya mengangkat hak-hak wanita yang dirampas, ditindas dan dilecehkan. Sehingga inilah yang membuat para wanita sibuk memperjuangkan hak mereka agar bisa setara dengan kaum pria. Memang sih dulu dalam Kebudayaan Hindu wanita dianggap tidak ada bedanya dengan seorang budak. Dan pada kebudayaan yunani, wanita dianggap bagaikan barang belian yang dimiliki oleh pria atau walinya. Sedangkan pada kebudayaan romawi wanita hanya dianggap sebagai objek seksual oleh kaum pria.
Sehingga lahirnya kesetaraan
gender bagi kaum barat tujuannya untuk memiliki kebebasan secara penuh dan
individual. Bahwa tidak adanya perbedaan baik di bidang privat maupun publik. Inilah
yang sedang diperjuangkan oleh banyak aktivis untuk membela hak-hak wanita. Padahal
apa perlu adanya kesetaraan gender? Yang hari ini jelas-jelas banyak
menyudutkan Islam. Apakah hari ini kita harus menerima begitu saja dan lantas
ikut memperjuangkannya tanpa melihat dari sisi syariat. Apakah Islam ada
menganjurkan demikian?
Lagi-lagi dalam sistem yang
sekuler dan berasas manfaat ini, maka yang akan selalu dirugikan adalah kaum
wanita. Mungkin kita bisa melihat akibat dari ide kesetaraan gender ini berujung
pada eksploitasi wanita. Ketika anda menonton televisi, kira-kira banyakan mana
antara pria dan wanita. Dan saya sangat yakin bahwa yang paling banyak adalah
wanita. Coba deh buktikan. Setiap iklan yang tayang selalu menampilkan sosok
wanita. Sayangnya ide kesetaraan gender yang hari ini ramai para aktivis
perjuangkan untuk bebas berekspresi, tapi malah membuat mereka masuk jurang kebablasan.
ketika mereka menginginkan bisa bekerja diluar, tapi malah merekalah menjadi tereksploitasi.
Namun yang sangat disayangkan bahwa
ide tersebut lagi-lagi untuk menyerang Islam. karena menganggap bahwa Islamlah
yang membuat wanita menjadi keterbelakangan, ketidak-adilan, serta
marjinalisasi lainnya. Baik dalam hukum pembagian harta waris, talaq pada
laki-laki, poligami, saksi wanita dibanding pria, pemukulan perempuan, dan
kiprah politik perempuan. Yang akhirnya menyudutkan Islam sebagai akar permasalahan
terhadap marjinalisasi tersebut.
Mungkin sebelumnya saya akan
menampilkan perbedaan antara pria dan wanita. dimana wanita 4-6 kali lebih
sering menyentuh sesamanya dibanding pria. Sedangkan pria mempunyai naluri
sebagai seorang pelindung dengan tebal kulit 1,5 kali wanita. sehingga wanita
akan lebih peka terhadap sentuhan dibandingkan pria. Dalam keadaan dibawah
tekanan wanita akan berbicara tanpa berfikir dan pria akan bertindak tanpa
berfikir. Oleh karena itu 90 % penghuni LP adalah pria dan 90 % yang mendatangi
terapis adalah wanita. Untuk bayi perempuan menatap mata 2-3 kali lebih banyak
daripada laki-laki. Pria akan lebih tertarik pada benda dibanding wajah. Pria bersaing
sedangkan wanita senang bekerja sama
Sehingga secara fitrah pria dan
wanita berbeda dan tidak dapat disamakan. Namun semua ini bukanlah untuk
mempersalahkan gender, justru untuk saling bahu membahu dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah.
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ
إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain.
Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
(TQS
at-Taubah [9] : 71)
Mungkin akan mudah jika saya akan
menganalogi seperti ini, terdapat sebuah keluarga. Karena adanya kesetaraan
gender, akhirnya sang wanita percaya bahwa kaum wanita bisa bebas secara penuh
dan individual, tidak ada perbedaan antara istri dan suami. Karena semua sama
dan tidak ada yang hebat di atas dan sebaliknya. Sehingga sang wanita akhirnya
ikut pergi mencari nafkah dan keluar dari rumah. Namun pertanyaannya,
bagaimanakah kondisi sang anak? Siapakah yang akan mengajarinya untuk menjadi
kuat dan merasakan hangatnya kasih sayang. Kalolah sang ibu dan ayah pergi
mencari makan, lalu bagaimana masa depan dan pertumbuhan sang anak.
Kalolah ada sebuah kegiatan kerja
bakti di suatu desa, dan terdapat dua orang pria dan wanita ikut bekerja. Pada saat
itu ada sebuah batu besar untuk harus dipecahkan, karena dengan alasan
kesetaraan gender, maka wanita harus ikut memecahkannya. Bahkan ikut
mencangkul, membersihkan parit dan sebagainya. Tapi coba bayangkan ketika ada
sebuah kerja bakti, para pria ikut turun kelapangan, namun wanita menyiapkan
makanan buat para pria. Alangkah indahnya kerja sama, karena memang Allah
menciptakan keseimbangan di dunia ini.
Ketika ide kesetaraan gender itu merasuk,
maka angka kegagalan pernikahan bukannya semakin berkurang tapi semakin
meningkat. Penyakit seks bebas terjadi dimana-mana. Angka aborsi dan single
parents dan sexual disorder bertambah banyak. Hari ini yang ada mrs. Universe namun
tidak ada mr. Universe sehingga lagi-lagi perjuangan kesetaraan gender itu yang
membuat mereka tereksploitasi, tubuh dan kecantikan mereka akhirnya dijual
untuk diperlihatkan kepada umum. Termasuk wanita dari negeri yang ini. Semua wanita
dikumpulkan, untuk dilihat aurat mana yang paling indah. Sungguh ironis memang.
Tapi itulah yang sedang para aktivis
perjuangkan. Sedangkan bagaimana sih pandangan Islam mengenai seorang wanita?
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik terhadap istri-istrinya.”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Dunia itu perhiasan; sebaik-baik perhiasan
dunia adalah wanita shalihah
(HR Muslim)
Jadi kalolah perhiasan yang paling baik adalah wanita sholeh. So apakah
wanita itu harus di tampilkan dan diperlihatkan? Namun kalolah wanita itu
semakin sholeh dan tinggi kepercayaannya kepada Allah, maka ia semakin yakin kepada
hakikatnya dan patuh menjaga suami dan anak-anaknya. Karena Allah
mengistimewakan hadiah yang berharga buat para wanita.
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ
إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Laki-laki
adalah pemimpin wanita
karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain
dan karena
mereka telah menafkahkan sebagain harta mereka.
Oleh karena
itu, wanita yang shalihah adalah yang menaati Allah
dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada
karena
Allah telah memelihara mereka”
(QS
an-Nisa’ [4]: 32)
Ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian
yang akan menjadi penduduk surga, yaitu yang penyayang, banyak anak (subur),
dan banyak memberikan manfaat kepada suaminya;
yang jika ia menyakiti suaminya atau disakiti,
ia segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata,
“Demi Allah, aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhaiku)
(HR al-Baihaqi)
Men sini and women sono. Dibalik seorang
pria yang hebat, terdapat seorang wanita yang kuat. Sehingga pantaslah Allah
memberikan keistimewaan pada seorang wanita. Didalam tubuh seorang wanita
terdapat keindahan nama Allah yang bersemayam dalam dirinya. Nama Allah “Rahim”
yang ada dalam dirinya mengalirkan energi dan kasih sayang begitu kuat. Ketika ada
seorang ibu yang sedang mengandung, maka dalam rahim yang lembut namun amat
kuat itu terdapat kasih sayang tulus kepada sang bayi. Namun sang ibu tidak
memperdulikan untung dan rugi, hanya saja cukup baginya melihat sang anak
bahagia dan duduk bersama cucu-cucunya.
Sehingga rasul berkata, bahwa
sebaik-baik suami adalah yang paling baik terhadap istrinya. Sehingga menjadi
seorang suami harus mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap istri kita. Karena
dialah yang akan membentuk karakter anak-anak kita, guru terbaik buat anak
kita, dan selalu membawa kedamaian dalam kehidupan kita.
“Wahai Rasulullah, siapakah di antara manusia
yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?” Rasulullah menjawab,
“Ibumu.” “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Ibumu,” jawab beliau. Kembali orang
itu bertanya, “Kemudian siapa?” “Ibumu.”
“Kemudian siapa?” tanya orang itu lagi.
“Kemudian ayahmu,” jawab Rasulullah
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan rasul juga berkata bagaimana
agungnya seorang ibu, sehingga ia selalu disebut hingga 3 kali, barulah sang
ayah. Walaupun ayah yang mencari nafkah, tapi pahala menjaga keluarga, anak dan
nama baik suami membuat ibu dipanggil hingga 3 kali dan duduk berkumpul di telaga
surga. Maka pantaslah semua yang manusia yang hadir di muka bumi, sepatutnya
berterima kasih kepada ibu. Karena lelahnya, sakitnya, perihnya ia lawan untuk
membesarkan kita hingga besar dan menjadi sukses. Karena saham terbesar
kesuksesan seorang anak dimiliki oleh sang ibu.
Tetapi Islam tidak pernah
melarang wanita untuk bekerja dan belajar. Semua tetap diperbolehkan, karena
Islam bukanlah sekedar sebuah agama ritual, namun mengatur segala aspek
kehidupan dan moral. Di zaman ini wanita memang akan terus ditindas, dan
dieksploitasi baik dengan isu kesetaraan gender dan lain-lain, karena tujuannya
adalah umat muslim untuk jauh dari kehidupan Islam yang dianggap sudah tidak
sesuai lagi dengan zaman. namun yakinlah bahwa Islam akan sebentar lagi tegak
dan akan memperjuangkan serta memuliakan wanita. Dulu sebelum Islam datang,
bayi wanita selalu dibuang dan dibunuh, karena dianggap membawa sial dan
sebagainya. Namun ketika Islam datang, keindahan semua diperlihatkan, karena
dari seorang wanitalah yang akan melahirkan generasi-generasi yang hebat. Oleh karena
itu tiada kemuliaan tanpa Islam, tiada sempurna Islam tanpa Syariah, dan takkan
tegak Islam tanpa Daulah, Daulah Khilafah Rasyidah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar