Rasanya baru kemarin bulan juni, tapi juli sudah pulang tanpa permisi, baru kemarin juli menghampiri, kini agustus berjalan pasti. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, sadar atau tidak ia berjalan tiada henti. Waktu seakan tidak pernah peduli mau kaya-miskin, tua-muda, semuanya sama. Sayangnya Ia terlalu sombong untuk berbalik dan menatapi masa yang telah lalu, karena waktu akan selalu segar dan selalu baru. Sedangkan kitalah yang tidak sadar dengan membiarkannya lewat begitu saja.
Namun hanya orang-orang yang paham bahwa hidup tidaklah lepas dari ruang dan waktu, sehingga sangatlah rugi jika tidak memanfaatkan waktu tersebut sebaik mungkin. Sesungguhnya tidak ada yang namanya manajemen waktu, karena waktu memang tidak bisa kita atur. Sampai kapanpun manusia tidak akan mampu mengatur hal tersebut, karena memang manusia tidak ada kuasa untuk melakukannya. Tetapi yang ada hanyalah manajemen diri, yaitu bagaimana cara mengatur diri untuk memanfaatkan waktu tersebut. Maka pantas bila waktu sangat ramah bagi orang yang yakin bahwa tiada lembaran terlewati kecuali dengan makna.
Waktu memang tidak bisa diulang, detik demi detik yang terlewati takkan bisa
kembali. Walaupun kita tukar dengan harta seisi dunia. Ia tetaplah sombong takkan
pernah bisa dibeli. Kalolah HP dan jam hilang semua bisa diganti, tapi
kalolah waktu yang hilang apa yang diharap lagi? Biarpun waktu sombong, ia
selalu memberikan harapan bagi setiap yang bernyawa. Masih ada harapan dan masa
depan yang bisa diperbaiki. Ia selalu adil kepada siapapun. Bisa jadi kita
memiliki modal kekayaan yang berbeda, modal ketampanan yang berbeda, tapi kita
punya waktu yang sama. Setiap hari kita diberi modal waktu yang sama, lantas bagi
siapa yang tidak mampu memanfaatkannya sungguh sangatlah merugi. Sebab esok
hari kita akan diberikan lagi waktu yang baru, begitu seterusnya.
Namun
waktu jualah yang membedakan setiap yang bernyawa. Ada yang berhasil, namun ada
juga sebaliknya. Meski modal setiap manusia sama, tetapi hanya orang-orang
istimewa yang patut dihargai olehnya.
Orang yang benar-benar memanfaatkan waktu sebaik mungkin, memperbaiki diri,
melatih diri, pantaslah dunia layak menghargainya.
Ngomongin
soal waktu, ternyata tinggal 10 hari lagi kita berpuasa. Lantas apakah 20 hari
yang lalu benar-benar sudah kita manfaatkan? Apakah benar-benar sudah kita
gunakan untuk bulan pelatihan. Pelatihan dari segala ujian, baik makan-minum,
berbicara yang tiada guna, baca Al-Qur’an dan perbaikan lainnya? Maha benar
Allah, sungguh manusia dalam keadaan rugi. Bulan yang sangat istimewa, bulan yang
terbaik dari seribu bulan jika kita lalui dengan keyakinan dan kekhusyukan. Tapi
amatlah sayang bulan yang penuh rahmat dan ampunan, tapi kita malah tidak mengambil
keberkahannya dan biarkan tanpa makna. Padahal 20 hari yang lalu tidaklah
mungkin kembali.
Meski Bulan ini dahulu-dahulunya kita nanti, bila akhirnya berlalu tanpa bekas apalah guna. Ya Allah, Ya Rabb, maafkanlah hambamu ini. Lantas bagaimana kalo ini adalah Ramadhan terakhir kita? Sungguh amatlah rugi. Seandainya kita benar-benar memanfaatkan 20 hari lalu sebagai ladang amal serta penghapus segala dosa, maka beruntunglah orang yang menjalankannya. Tapi bila kita biarkan begitu saja maka sungguh amat sia-sia. Sebab belum tentu kita akan berjumpa Ramadhan berikutnya.
Meski Bulan ini dahulu-dahulunya kita nanti, bila akhirnya berlalu tanpa bekas apalah guna. Ya Allah, Ya Rabb, maafkanlah hambamu ini. Lantas bagaimana kalo ini adalah Ramadhan terakhir kita? Sungguh amatlah rugi. Seandainya kita benar-benar memanfaatkan 20 hari lalu sebagai ladang amal serta penghapus segala dosa, maka beruntunglah orang yang menjalankannya. Tapi bila kita biarkan begitu saja maka sungguh amat sia-sia. Sebab belum tentu kita akan berjumpa Ramadhan berikutnya.
Ya
Allah, Ya Rabb maafkanlah hambamu ini.
Lantas
ketika nanti lebaran, apa yang pantas kita rasakan bahagia atau malah sedih? Karena
lebaran bukanlah sekedar memakai baju baru, celana baru, mobil baru, rumah
baru. Ketika silaturahim tidak lagi menjadi ajang persaudaraan tapi ajang
pameran. Lantas Apakah kita sudah pantas mendapatkan kemenangan di Idul fitri
nanti? Cuma Allah yang tahu.
Namun
masih ada 10 hari lagi yang tersisa. Semoga kita dapat menjalani sisa waktu ini
sebaik mungkin, karena diujung-ujung bulan Ramadhan, Allah memberikan malam
terindah dan terbaik dari seribu malam. Itulah malam lailatul Qadr. Malam yang
semua makhluk ciptaan, hewan dan tumbuhan alam, berdzikir memuji nama Allah. Dimana
hari yang esoknya tidaklah panas dan juga tidak terlalu sejuk. Semua tampak
serasi dan begitu damai. Subhanallah. Para malaikat pun turun ke bumi melihat
siapakah yang masih memuji-muji nama Allah di
tengah kesunyian malam. Tidak hanya malaikat yang ikut mengelilingi sambil
berdzikir asma Allah tapi Allah pun ikut bershalawat atas namanya. Sungguh
beruntung orang yang mendapakan kemuliaan malam lailatul Qadr. Kita berharap semoga
kita pun termasuk orang yang beruntung itu. Aamiin ya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar