Sabtu, 20 September 2008

TAK SEBARAPA

Pagi cerah disinari teriknya matahari. daun-daun kering melambai-lambai ditiup angin. pagi itu 1 september, hari yang ditetapkan oleh MUI sebagai pembuka bulan ramadhan. seorang bocah kecil termangu menatap langit sambil meneteskan air mata. terlihat senyum tipis tergores diwajahnya, memikirkan kembali menu apakah yang aku santap disaat lembayung senja merindukan suara azan.

hari-hari berlalu seperti biasanya, makhluk-makhluk besi mondar-mandir menggilas jalan ibukota. aku yang
sehari-hari berprofesi sebagai loper koran berdiri tegak di traffic light menunggu setiap orang yang haus akan berita. demi rupiah, profesi ini harus ku lalui walaupun maut dihadapan mata. tapi itu bukanlah hal yang kutakuti asalkan demi rupiah. aku yang berumur 15 tahun harus kandas tidak bersekolah, demi adikku yang kini kelas 6 dan 3 SD . belum uang buku, pembangunan, ini itu, membuat ayah dan ibuku harus membanting tulang demi kelangsungan hidup keluargaku.

pak, pak,buk, buk, korannya,
, koran!! jakarta post, Sindo, kompas,
Wuh,!!

siang ini wajahku penuh memandikan keringat. penuh debu dan asap yang dimuntahkan oleh kendaraan besi, kulitku terbakar oleh teriknya matahari, , tenggorokan kering sulit menulan ludah, namun rupiah yang kudapat taklah seberapa, hanya Rp. 20.000,-, tapi biar!! aku bangga menjadi diriku yang sejati, yang dapat menghargai betapa sulitnya mencari uang.

aku teringat syair seorang penyanyi yang terkenal di negeri ini,
roda zaman menggilas kita,,
terseret tertatih-tatih,
sumbu hidup terus diburu berpancu dengan waktu,
tak ada yang dapat menolong,
selain yang disana,
tak ada yang dapat menolong,
selain yang disana,
dialah Tuhan!!
jam tersenyum tepat pukul 5.30 kini aku harus kembali menuju gubuk mungilku. dimana aku tinggal bersama kedua orangtuaku, dan 2 adikku lainnya. 30 menit lagi waktu berbuka, ibu memasak ikan asin dan telur mata sapi. eh kemudian ayah pulang membawa penganan kue untuk berbuka puasa, hati kecilku berkata, Alhamdulillah.!!

duk, duk, duk, duk, duk, duk, duk, duk terdengar pukulan beduk oleh imum dari masjid seberang menandakan waktu berbuka telah tiba, ku teguk air putih tuk membasahi tenggorokan keringku. Alhamdulillah, walaupun menu tak seberapa tapi aku bangga memiliki keluarga yang hebat. ayah yang hebat, ibu yang luar biasa!

Allahu Akbar, Allahu Akbar
Assyhadu'ala ilaa Ha illallah

Eh uda Azan tu, qta sholat dulu yuk, kapan-kapan kita cerita lagi yaa,,
tetap terus semangat ya sahabat.